Pangkat Simsalabim
Teman saya yang seorang guru PNS itu mengeluh: "Ternyata
tak harus rajin bekerja untuk bisa naik pangkat. Asalkan punya koneksi dan
fulus, urusan naik pangkat pun mulus."
"Dengan simsalabim, pangkat pun naik," kata teman saya
itu kecewa. Saya coba merunut sebab kekesalannya. Ternyata ada ketidakadilan
yang membuat teman saya yang sangat loyal bekerja itu meradang.
"Coba kau bayangkan, aku dateng 15-30 menit sebelum jam
kerja. Dan pulang 2-3 jam setelah jam kerja. Tapi berkas kenaikan pangkat yang
telah kusiapin nggak diurus. Dibiarin gitu aja sampai masa pengurusan
habis," kata teman itu kepada saya.
"Padahal semua kelengkapan ngajar aku buat. Selalu hadir
waktu rapat. Loyal, dan mengikuti semua aturan dari pimpinan."
"Sementara ada orang yang hadirnya aja nggak jelas entah
kapan, jam masuk sesuka hatinya. Bahkan perangkat mengajarnya nggak lengkap
bisa melenggang."
"Itu karena koneksi. Nggak seperti kami yang taunya hanya
kerja," kata teman saya itu lagi.
Dalam larutan kekecewaannya, saya coba menghibur. "Kata
orang tua dulu bang, yang seperti itu biasanya menjadi musibah. Bukan anugerah.
Tuhan Maha Adil. Pasti ada yang terbaik buat abang," kata saya sembari
membuatnya tenang.
"Yang penting abang kerja ikhlas, demi istri dan anak di
rumah. Insya Allah berkah."
Kejadian ini membuat saya kenal istilah baru: Pangkat
Simsalabim. Hegege, ada-ada saja.
Note to teman saya: Meskipun tulisan ini tak serta merta
berpengaruh terhadap pangkat anda, mudah-mudahan tidak dengan semangatnya.
Tetap ikhlas bekerja untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Post a Comment