Dolar Kian Perkasa, Pekerja Semakin Waspada, Pemerintah Tenang-tenang Saja

Keperkasaan dolar terhadap mata uang rupiah menjadi kewaspadaan semua pihak. Khususnya pekerja. Loh, apa hubungannya?



Dalam sajian berita ekonomi pada salah satu stasiun TV nasional siang tadi, saya menyimak serius tentang dampak buruk yang mulai ditimbulkan. Khususnya terhadap sektor-sektor yang rentan terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Semisal pengusaha UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah).

Dalam liputannya, stasiun TV itu menampilkan bagaimana kerasnya perjuangan pengrajin tempe di tengah-tengah dolar yang melambung. Seperti diketahui, kedelai impor masih menjadi andalan pengrajin sebagai bahan baku. Hal ini (impor kedelai) tak bisa dihindari, terutama ketika produksi kedelai dalam negeri belum mencukupi kebutuhan nasional.

Alhasil, pengrajin tempe tersebut memutar otak untuk tetap bisa survive. “Daripada kita naikin harga jual, lebih baik kita kurangi pekerja,” demikian kata salah seorang pengrajin.

Akibatnya, terjadi pengangguran. Itu baru kesulitan yang dihadapi oleh satu pengrajin tempe. Nah, di Indonesia, ada berapa banyak orang yang memiliki profesi sebagai pengusaha tempe. Bisa dibayangkan bukan, dampak tak langsung (keterpurukan rupiah) ini?.

Sementara itu, dalam media online, saya mendapati respon yang berbeda dari pemerintah. Karena harga premium yang sudah tak lagi disubsidi, pemerintah menyatakan bahwa APBN aman.

Belum lagi ditambah dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa, kalau pemerintah merasa untung ketika dolar menembus Rp. 13.000.


Saya sebagai awam hanya bisa berkata, ketika dolar kian perkasa, rakyat yang bekerja menjadi lebih waspada, sementara pemerintah terlihat tenang-tenang saja. Mudah-mudahan bukan begitu. (sap)


No comments