Penasaran Yang Belum Kesampaian

Akhirnya hanya bisa masuk sepuluh besar lagi. Padahal ini merupakan ajang keempat yang sudah kami ikuti. Meskipun terasa sedikit kecewa, namun hasil ini kami terima, dengan dada yang sangat amat lapang.


Tidak mudah memang bisa menjadi yang terbaik. Atau bahkan hanya untuk masuk ke dalam zona tiga besar dan mendapat trofi. Persaingannya begitu kompetitif. Nilai yang diraih antar peserta juga beda tipis. Kira-kira hampir mirip seperti perebutan posisi runner-up di Liga Inggris.

Pelaksanaan lomba kontes mekanik sepeda motor tingkat SMK wilayah Sumatera Utara ini, memang sudah lama menjadi target saya. “Harus ada prestasi fenomenal, sebagai barometer pembelajaran,” jelas saya kepada beberapa rekan guru, wakil kepala sekolah, juga soulmate satu program keahlian: Bapak Adrizal Martam SPd.

Sering saya mengucapkan begitu. Bukannya tanpa alasan. Salah satunya, misalnya, menunjukkan kepada DU/DI, masyarakat, dan juga pemerintah kota, bahwa SMK Negeri 2 Binjai itu bisa. Dan tak hanya jago di bidang ekskul. Meskipun: kondisi yang dimiliki seadanya!.

Meskipun begitu, terlalu cengeng rasanya jika kami mencari-cari alasan. Sebagai kambing hitam atas kegagalan meraih prestasi. Kami dituntut harus mencari akal. Bagaimana caranya bisa mengimbangi, atau minimal memberi perlawanan, peserta yang berasal dari SMK yang lebih komplit peralatannya.

Dan itu sudah dipahami betul oleh Muhammad Fadli, siswa kelas XI TSM 1. Bersama Firman Handiko, teman sekelasnya, kami ‘menitipkan’ mereka di Indako Cabang Binjai, selama sebulan. Tentu, setelah mendapat izin, dan dukungan dari pimpinan.

Peserta lomba ini merupakan perwakilan dari SMK yang sudah menjalin MoU dengan PT Astra Honda Motor. Jumlahnya ada 29 SMK. Setiap sekolah, mengirimkan maksimal 2 peserta. Namun karena tidak semua sekolah mengirimkan wakil, hanya ada 44 peserta, dari 22 SMK. Pemenang dari lomba ini, akan menjadi wakil Sumut mengikuti kontes serupa untuk tingkat nasional di Jakarta.

SMK yang sudah melaksanakan MoU ini, dibekali dengan kurikulum standar Honda. Sehingga, untuk mendukung itu, disarankan untuk ‘menyulap’ bengkel praktiknya sesuai dengan standar bengkel AHASS Honda. Dengan nilai investasi yang tidak murah, tentunya.

Ada beberapa SMK yang sudah melakukan itu. Misalnya SMK Negeri 1 Lubuk Pakam. Saya sudah menyaksikan sendiri bagaimana lengkapnya fasilitas belajar praktik mereka, tahun lalu. Nyaris sama seperti bengkel Honda. Wajar saja jika kemudian, siswa mereka berhasil meraih juara  I kontes ini, juga pada tahun lalu.

Demikian halnya dengan SMK Swasta PABA Binjai. Mereka, konon, telah menggelontorkan hampir 300 juta rupiah, untuk membuat bengkel praktik layaknya bengkel standar Honda. Bahkan, menurut pihak Main Dealer Honda sendiri, CV Indako Trading Co, Bengkel SMK PABA sudah ditunjuk menjadi Tempat Uji Kompetensi (TUK), 1 dari 3 bengkel SMK yang ada di Sumatera Utara.

Naiknya kualitas perangkat pembelajaran di SMK PABA, berbanding lurus dengan prestasi anak-anak didik mereka. Tahun lalu saja, mereka berhasil menyabet Juara I LKS tingkat Kota Binjai. 

Mengungguli dua orang siswa saya, Winanda dan Yoga, yang meraih Juara II dan III.  Dan pada lomba yang baru saja berakhir Kamis (7/5) tadi, siswinya, Juni Armayani, satu-satunya peserta perempuan, berhasil mendapat posisi ke-7. Satu strip di atas Fadli. Jelas sebuah prestasi membanggakan, mengingat ini kesempatan pertama mereka.

Tidak seperti penyelenggaraan sebelumnya, pada tahun ini, peserta dari daerah berhasil mendominasi. Tak satupun perwakilan dari Medan yang mendapat posisi lima besar. Salah satu yang mengejutkan adalah tampilnya SMK Persiapan dari kota Pematang Siantar sebagai juara I,  dan SMK Sri Langkat Tanjung Pura yang meraih juara III. Sedangkan Juara II, sesuai prediksi saya, diraih oleh SMK Negeri 1 Lubuk Pakam, perwakilan dari Kabupaten Deli Serdang yang memang sangat serius memajukan pendidikan.

SMK Sri Langkat dari Tanjung Pura tampil mengejutkan pada tahun ini. Mereka juga berhasil mencuri posisi IV. Bengkelnya yang juga hampir seperti SMK PABA dan SMKN 1 Lubuk Pakam rupanya menjadi pembeda, dengan memberi jam terbang lebih pada siswa-siswinya.

Meskipun demikian, tak semua SMK yang sudah premium fasilitas bengkelnya berhasil masuk jajaran elit. Beberapa SMK tenar yang pernah menyandang gelar juara gagal total pada tahun ini.

Sedangkan SMK Negeri 2 Binjai, saya anggap stabil. Tahun ini, Fadli berhasil menempatkan kami di 
posisi 8 besar. Dua strip lebih baik dari tahun sebelumnya. Prestasi terbaik kami sendiri berhasil diraih pada tahun pertama keikutsertaan. M Daud Husaini berhasil menembus 6 besar waktu itu.

Sekali lagi, hasil tahun ini semakin membuat saya penasaran. Berada di peringkat 8 dari 44 peserta memang bukanlah hasil yang jelek-jelek amat. Tapi 4 tahun gagal meraih trofi membuat saya gemes, dan itu tadi, penasaran. Penasaran yang belum kesampaian. Mungkin bisa suatu saat nanti. Semoga. (*)

Suryaman Amipriono




No comments