Sukses Dengan Pengecualian

Alhamdulillah. Ternyata bisa sukses juga. Padahal, awalnya sempat pesimis, realistis, dan tak terlalu berharap banyak. Bahkan sampai-sampai, membayangkan bisa memenuhi target 50 persen saja, saya tak berani.
Program Servis Gratis SMK Negeri 2 Binjai dengan Honda yang dilaksanakan selama tiga hari b
erturut-turut itu memang tergolong sukses besar. Bukan saya yang mengklaim. Namun perwakilan dari Main Dealer Honda Wilayah Sumut, Cabang Binjai.

“Antusias peserta bagus. Lebih meriah dan lebih ramai dari penyelenggaraan pada sekolah sebelumnya,” ujar Indra Syahputra. Beliau ini Kepala Bengkel CV Indako Trading Co Cabang Binjai. Dua minggu lalu, bang Indra juga turut hadir sebagai mekanik pendamping di acara serupa pada salah satu SMK Swasta di Binjai.

Rasa pesimis saya bukannya tanpa dasar. Peralatan inti baru datang dua hari menjelang pelaksanaan. Itupun masih minjam dari main dealer. Peralatan yang rencananya akan menjadi milik sekolah belum datang, karena baru saja dipesan. Karenanya, saya putar otak. Program ini harus jalan, masalah-masalah  harus segera diatasi.

Kegiatan Servis Gratis SMK Binaan dengan Honda ini memang menjadi program resmi PT Astra Honda Motor (AHM). SMK Binaan yang telah menjalin kerjasama dianjurkan melaksanakan Program Servis Gratis di lingkungan sekolah. Target konsumennya siswa baru, guru, bisa juga masyarakat sekitar.

Jumlah target yang ditetapkan berbeda-beda untuk tiap-tiap sekolah. Sekolah saya diberi target 40 unit per hari. Meningkat dari yang sebelumnya 30 unit. Bagi yang telah melakukan servis, peserta diberikan voucher senilai Rp. 20.000,-.

Voucher itu bisa ditukarkan ke bengkel AHASS (Astra Honda Authorized Service Station) , dengan mendapat potongan harga senilai voucher. Atau digunakan langsung ketika servis gratis. Dengan menukarkan ketika servis gratis itu, pelanggan bisa mendapatkan manfaat voucher secara langsung. Pelanggan hanya cukup membayar kekurangan harga oli, setelah dikurangi dari nilai yang tertera pada voucher tadi.

Aroma sukses pelaksanaan servis gratis itu mulai tercium hari Senin. Sementara pelaksanaan kegiatan ini dilakukan Kamis hingga Sabtu. Ketika itu saya mendapat kabar bahwa acara akan dibuka oleh bapak Wakil Walikota Binjai, H Timbas Tarigan SE. Namun ternyata urung, karena beliau berhalangan hadir. Tapi toh tetap saja saya puas. Karena Kepala Dinas Pendidikan Kota Binjai, yang akhirnya membuka acara itu.

Untuk mendukung kegiatan ini, saya menyiapkan 7 orang siswa terbaik. Kesemuanya pernah magang di bengkel AHASS. Salah satu di antaranya bahkan pernah mengikuti, dan masuk 10 besar kontes mekanik antar siswa SMK. Beberapa minggu sebelum kegiatan, kembali saya mengirimkan mereka untuk magang di AHASS. Bisa sebenarnya mempertajam skill di sekolah. Namun peralatannya sangat terbatas. Baik dari kualitas, maupun kuantitas.

Saya salut terhadap sikap anak-anak. Kemauan belajarnya kuat. Hasilnya tergambar jelas di lapangan, ketika acara dilaksanakan.

Jumlah peserta peminat servis gratis ini meningkat tiap harinya. Animo membludak. Kabar diselenggarakannya kegiatan ini tersebar ke masyarakat sekitar. Entah siapa yang menyebarkan. Saya hanya memasang sebuah spanduk kecil di depan gerbang sekolah.

Akibat antusiasme itu, saya sempat kebingungan di hari pertama. Pikiran saya terbelah menjadi 3. Antara memeriksa kelengkapan peralatan yang ada saja kurangnya, mengatur antrian servis, dan membimbing siswa yang bertugas sebagai penerima pendaftaran servis. Pengalaman bekerja 5 tahun di divisi servis PT Astra-Isuzu Cabang Medan pun tak cukup membantu.

Meskipun ramai dan cukup hiruk pikuk, namun pekerjaan di masing-masing area kerja tetap terkendali. Ini yang membuat saya tenang. Kehadiran mekanik pendamping dari 3 dealer yang ditunjuk, membuat kualitas pekerjaan yang dilakukan siswa terjaga. Mungkin ini yang menimbulkan rasa puas, dan membuat kabar servis gratis ini makin meluas.

Alhasil, pendaftar membludak di hari terakhir, Sabtu. Waktu masih pukul 08.00, namun pendaftar sudah mencapai 15-20 sepeda motor. Padahal, di bengkel resmi saja belum tentu seperti itu.

Menjelang istirahat makan siang, kuota pendaftar hampir full. Dan makin bertambah ketika jeda istirahat selesai. Jika saja tidak distop, mungkin pendaftar akan meluber. Maka dengan terpaksa, banyak pendaftar yang kami tolak. Karena kuota maksimal yang disepakati memang 40 unit perhari.

Antusiasme yang luar biasa ini tak terbayangkan saya sebelumnya. Sukses, meskipun dengan kondisi seadanya. Wajar jika saya sumringah. Adrizal Martam, teman saya itu juga. Lelah kami terbayar lunas. Siswa pun demikian. Mereka mendapat ilmu dan kesempatan yang jarang-jarang ada.

Satu-satunya ketidaksuksesan saya adalah, mencegah persepsi negatif dari kegiatan yang positif ini. Masih ada saja yang beranggapan kami mengambil untung dari situasi ini. Kasihan sekali mereka. Alasan-alasan ini kadang yang membuat saya berpikiran untuk move on.





No comments