Kelas Maya Dengan Guru Nyata
Di bulan November lalu saya kebagian jatah mengajar
tambahan. Siswanya lain dari yang biasa. Mereka adalah rekan-rekan seprofesi. Ada
yang lebih muda. Ada yang seumuran. Dan ada juga yang sangat senior, yang telah
menjadi guru, bahkan ketika saya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Pertemuan itu sejenis diklat (pendidikan dan pelatihan). Yang
dibagi menjadi empat gelombang. Masing-masing gelombang terdiri dari 15-25
orang peserta. Semuanya guru.
Memberi materi kepada sesama rekan seprofesi, membuat saya
kikuk. Grogi juga. Bahkan awalnya sampai keringat dingin.
Meskipun hanya 120 menit waktu tatap muka, namun kami ingin pertemuan
ini bermanfaat. Karena memiliki tujuan jangka panjang. Hingga jauh ke depan. Melalui
diklat ini, kami ingin menghilangkan sekat-sekat yang selama ini terbentang
dalam proses pembelajaran: jarak dan waktu.
Yang saya, dan rekan-rekan lain bahas dalam diklat itu
yakni: e-learning. Kira-kira semakna
dengan ‘Pembelajaran Jarak Jauh.’ E-Learning memanfaatkan teknologi komunikasi.
Kebetulan, sekolah kami sudah beberapa tahun ini memiliki web: smktrsinarhusni.sch.id.
Web tersebut berisi tentang konten-konten kegiatan sekolah.
Artikelnya dibuat menarik. Gaya tulisan khas goresan jurnalis. Tampilannya pun
dibuat mirip-mirip dengan portal berita pada umumnya.
Untuk tahun ini, web tersebut dibekali dengan fasilitas e-learning. Ini sudah sesuai dengan
konsep SMK Rujukan, yang mengharuskan sekolah memberlakukan Pembelajaran Jarak
Jauh (PJJ). Bukan hanya pembelajaran konvensional biasa.
Sebelum diklat ini, sebagai pengelola web, saya sudah
menerapkan fasilitas e-learning itu
kepada siswa. Mengingat durasi yang singkat, sebagian materi ajar saya posting
di website sekolah. Saya meminta siswa, terutama yang memiliki android, untuk
mengaksesnya di rumah. Dipelajari. Dibaca-baca. Dan akan saya jelaskan ketika
masuk pada pertemuan berikutnya.
Meskipun masih sederhana, E-Learning pada situs smktrsinarhusni.sch.id, membuat
kelas yang biasa ada di sekolah, juga bisa di selengarakan di rumah, di
tempat-tempat umum, di tempat-tempat
tongkrongan anak muda, di mana saja, dan kapan saja. Sehingga benar-benar menembus
batas jarak dan waktu.
Yang lantas menjadi pokok bahasan pada diklat itu adalah: “Bagaimana
caranya menginput materi ajar hingga bisa tampil pada situs smktrsinarhusni.sch.id?”
Untuk itulah peserta tadi di bagi-bagi menjadi beberapa
gelombang. Saya khawatir, jika ini dilakukan serentak terhadap seluruh guru
pada waktu yang sama, servernya akan down. Jaringan pasti melambat. Dan ujung-ujungnya,
akses terhadap situs itu lemot.
Ketika diklat, peserta diharuskan membawa laptop, satu topik
bahasan materi ajar dalam bentuk microsoft
word, dan gambar cover dalam bentuk jpg.
Informasi ini diberitahukan kepada peserta beberapa hari sebelumnya.
Karena berbasis IT,
ada banyak kendala yang dijumpai ketika materi mulai dipaparkan. Terutama bagi
rekan-rekan guru senior. Saya juga sudah memprediksi itu. Pengalaman ketika UKG
(Uji Kompetensi Guru) juga menjadi gambaran. Sehingga, sebagai solusinya,
guru-guru senior tadi, diposisikan dekat dengan guru-guru muda. Yang lebih fresh dan akrab dengan teknologi
informasi.
Diklat untuk tiap gelombang, saya anggap berhasil jika sudah
memenuhi satu indikator saja: “Setiap peserta mampu melakukan posting materi
ajar ke dalam website smktrsinarhusni.sch.id.
Terserah seberapa panjang materinya. Terserah bagaimana
gambar covernya, yang penting nyambung
dengan judul artikel. Toh, begitu
berhasil mencoba posting sekali,
mereka pasti akan paham, dan melakukannya lagi di rumah. Tentu dengan materi
yang berbeda.
Sehingga, ketika memasuki akhir 120 menit diklat itu, saya
mulai cek ke website. Ternyata ada banyak materi baru yang sudah posting,
lengkap dengan nama pengunggahnya. Yang sudah siap dilihat, diakses, dan
dipelajari oleh siswa.
Melalui diklat ini, kami berharap SMK Sinar Husni 2 TR
Labuhan Deli bisa hadir di mana saja. Melalui kelas-kelas maya, namun dengan
materi ajar dan guru yang nyata.
Post a Comment