Keliru Tapi Senang
Seorang siswa mendatangi saya. Di tangan kanannya ada
secarik kertas, yang dilipat-lipat. Sambil menghampiri, dibukanya kertas itu.
“Ini surat perjanjiannya pak,” kata si siswa. Saya menatap
wajahnya, sambil membuka kertas itu.
Si siswa memang saya perintahkan untuk membuat sepucuk
surat. Isinya pernyataan untuk tidak membawa gadget, serta alat komunikasi
lainnya di dalam kelas.
Aturan ini memang diperketat kembali. Terlebih setelah
heboh-hebohnya kasus bullying yang
menimpa seorang siswi SMP, dan tersebar melalui akun media sosial beberapa
waktu yang lalu.
Kalimat pertama belum habis. Namun senyum kecil tak dapat
saya tahan. Dan akhirnya terlepas. Si siswa bingung.
“Ada yang salah pak?” tanyanya.
“Nggak, tapi kamu keliru,” jawab saya.
“Perbaiki isi surat ini. Nama lengkap saya bukan seperti itu,”
kata saya kepada siswa. Ia mengangguk, bingung, dan mencari tahu siapa nama
lengkap gurunya ini.
“Kepada Yth Bapak
Suryaman Iskan,........”
Kalimat pertama yang keliru menyebutkan nama lengkap saya.
Namun cukup membuat saya senang. Saya mengira, blog pribadi (yang pernah saya
promosikan kepada siswa): suryamaniskan.blogspot.com,
merujuk kepada nama sesungguhnya.
Mereka keliru. Saya senang. Tapi bukan saya senang karena
mereka keliru.
Post a Comment