Dua Jempol Untuk Tujuh Anak Didik

Aksi tujuh pemuda ini membuat saya geleng-geleng kepala. Kagum, bangga, sekaligus haru. Bukan karena mereka jago nyanyi dan nge-dance ala boy band. Atau berhip-hop ria ala anak-anak alay. Bukan.


Tapi karena ini: Berhasil menunjukkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan menganalisa, dan pemecahan masalah. Khas made in anak-anak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan).

Ketujuhnya merupakan siswa kelas XII jurusan Teknik Sepeda Motor (TSM). Mereka saya berikan tugas khusus. Karena perolehan nilai ketika Ujian Nasional Praktik Kejuruan (Ujian Kompetensi) beberapa waktu yang lalu, masih dibawah standar. Sehingga belum memenuhi persyaratan untuk lulus. 

Tugasnya ini: Merekondisi sepeda motor Suzuki Spin.

Motor ini merupakan aset bengkel, milik sekolah. Karena merupakan satu-satunya unit yang dimiliki, dan digunakan untuk praktik (sebelum datang satu unit motor bantuan dari Astra Honda Motor), kondisinya ‘sakit-sakitan.’ Lelah. Karena digunakan secara keroyokan. Terus menerus pula.

Akibatnya, asapnya ngebul ketika dihidupkan. Padahal untuk engine 4 langkah, normalnya tidak begitu. Sistem kelistrikannya juga kacau. Lampu-lampu tidak ada yang menyala. Elektrik starter apalagi. Termasuk juga klakson. Padahal, sudah gonta-ganti baterai. Belum lagi iddling-nya yang naik turun. Ribet.

Motor Spin ini rencananya akan direkondisi untuk keperluan Uji Kompetensi. Tapi urung. Karena paket soal yang diambil berbeda. Sehingga motor yang digunakan, yang merupakan bantuan dari AHM tadi. Sebuah motor matic, namun dengan sistem bahan bakar yang sudah Fuel Injection (FI): Honda Beat.

Kepada tujuh pemuda tadi, saya memberi kebebasan seluas-luasnya. Berkreasi, menggali kemampuan analisanya, dan mengeluarkan kemampuan teknik terbaiknya. “Inilah motor customer (pelanggan) yang harus kembali sembuh,” kata saya mengilustrasikan.

Sebagai pegangan untuk merekondisi motor itu, saya memberi mereka bekal. Di antaranya, materi dasar tentang kelistrikan sepeda motor. Materi itu diwujudkan melalui sebuah alat peraga. Alat peraga ini, merupakan miniatur kelistrikan yang terdapat pada sepeda motor.

Alat peraga ini pula, yang merupakan materi salah satu pos ketika Ujian Kompetensi. Salah satu materi ujian, di mana ketujuh pemuda tadi: GAGAL.

Suzuki Spin hitam itupun ‘dikeroyok.’ Setidaknya selama tiga hari, Selasa, Kamis, dan Sabtu. Selama jam sekolah.

Pada masa-masa itu, saya juga begitu sibuknya. Dua agenda padat: Pembekalan akreditasi sekolah di Dinas Pendidikan, dan persiapan Ujian Remedial bagi siswa yang gagal lulus di Ujian Kompetensi. Serta diselingi dengan satu agenda tambahan: Seleksi siswa untuk ikut di ajang kontes skill tingkat SMK regional Sumatera Utara.

Meski padat, saya tetap menyempatkan melihat hasil pekerjaan mereka. Pada hari Selasa, engine yang berasap sudah beres. “Ring piston sudah diganti pak. O-ring klep (seal oil valve) nya juga. Setelah ini baru ngerjain karburator dan kelistrikan,” kata Rizki Rahmadhani, pentolan dari ke-tujuh siswa tadi.

Kamis, body Spin yang semampai itu, mulai dipreteli. Polos. Hingga kelihatan rangka dan bagian kabel-kabelnya.

Mereka berinisiatif mengurai masalah. Dengan membongkar habis, dan menganalisa urutan kabel melalui identifikasi warna. Saya sedikitpun tidak melarang. Tidak juga memberi arahan. Hanya melihat.



Dengan satu alasan: Anak didik harus memiliki kemampuan menganalisa dan pemecahan masalah yang hebat. Ini penting untuk bekal mereka ketika lulus kelak.

Dan benar saja. Ketika sedang mengawasi ujian praktik meja untuk seleksi kontes skill pada siswa kelas XI, suara ‘surga’ itu terdengar: “Tiinnn...tiin...”

Setelahnya, decitan suara motor starter: “Cekikitt....grenggg...”

Mereka yang terdiri dari Rizki Rahmadhani, Gusti Affandi, Jefriansyah, Awaluddin, Nadil Ihza, Dema Rasya, dan Febriansyah berteriak gembira. Tepuk tangan pun pecah. Beberapa orang teman sekelas yang sejak Selasa menyaksikan aksi mereka pun senyum sumringah. Saya apalagi.

Nurani saya bergumam: “Spin ini punya segudang masalah. Dan mereka berhasil memecahkannya.” Mantap. Hebat. Di luar ekspektasi saya.

Mereka adalah sekumpulan siswa berkemampuan mekanik. Dengan kemampuan analisa dan pemecahan masalah yang hebat. Saya bangga mereka mampu. Bangga sekali.

Untuk kalian, dua jempol dari saya.





No comments