Untung Ada (Foto dengan) Pak Dahlan

Langsung teringat pak Djono W Oesman ketika menulis ini. Wartawan senior alumnus Jawa Pos itu pernah mengisahkan tentang pengalamannya saat menjadi narasumber pada sebuah seminar di perusahaan besar. Diceritakan, karena membahas sosok Dahlan Iskan-lah, suasana seminar itu menjadi begitu hidup, cair, dan membangkitkan antusiasme peserta.


Hal itu pula yang saya alami, beberapa hari yang lalu. Pernah bertemu dan menjadi pembaca setia tulisan-tulisan Dahlan Iskan, membuat saya percaya diri. Bahkan meskipun harus memberi materi yang bukan menjadi topangan hidup saya. Jurnalistik.

Sabtu sore 21 Mei 2016. Medan digelayuti awan hitam yang begitu gelap. Hembusan angin juga begitu kencang. Melibas setiap benda ringan yang menghalangi jalurnya. Dan tampaknya, hujan akan segera turun.

Saya berada di ruang BK (Bimbingan dan Konseling) ketika seseorang menghampiri. Dia wakil kepala sekolah  bidang kesiswaan. Di genggamnya lembaran-lembaran kertas. Cukup banyak. Hampir segepok. Satu set disodorkan kepada saya.

“Hari Selasa (24/5) pak Sur jadi pemateri untuk anak-anak OSIS ya. Ini run down acaranya,” kata Hendro Pranoto SPd, wakil kepala sekolah yang dimaksud.

Saya membalasnya dengan tanpa tanya.

Selanjutnya, saya  buka satu set Surat Keputusan (SK) dan run down acara itu, cepat-cepat. Karena penasaran.

Setelah membuka beberapa lembar halaman, ketemu nama saya.

“Alamak! Apa saya bisa?” gumam saya dalam hati.

Di surat itu, saya dipercaya untuk memberikan materi Jurnalistik. Materi yang familiar, tapi tak pernah saya jadikan profesi yang sesungguhnya.

Nurani membisikkan jika saya bisa. Tapi pikiran sadar: Ragu.

Dalam hitungan detik, pikiran saya melayang ke mana-mana. Melambung jauh. Menembus tingginya awan, yang kelihatannya sudah memutih karena rintikan hujan.

Terbersit saat-saat merintis karir jurnalis paruh waktu. Ketika bersama Adi Putra SKom dan Ferry Sumarlen AMd mendirikan media online smknews.net. Berbekal membaca tulisan-tulisannya Dahlan Iskan, saya belajar menulis. Smknews.net  itu menjadi medianya.

Visitor smknews.net kala itu meledak. Namun nihil secara keekonomian. Smknews.net pula yang membawa kami berkenalan dengan Kepala Sekolah salah satu SMK ternama di Medan, Drs Suprianto. Lantas mendirikan Tabloid bidang pendidikan: Trimedia Pos.

Kini, setelah beberapa tahun eksis, kedua media yang kami rintis itu berstatus; ‘almarhum.’ Benar apa yang dikatakan pak Joko Intarto, mantan dirut koran Indo Pos Jakarta.

“Jangan sampai media anda, punya berita yang hebat, namun nasib medianya sekarat.”

Itu beliau katakan suatu waktu. Ketika sedang mengkoreksi tulisan saya melalui email.

Untungnya, saya pernah bertemu Dahlan Iskan. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada era pemerintahan Presiden SBY.

Sosok beliau masih menjadi magnet. Termasuk ketika saya menjadi pemateri kegiatan Kawah Kepemimpinan Pelajar (KKP), bagi siswa-siswi yang menjadi pengurus OSIS.

Ceritanya, ketika menampilkan slide profil, saya memajang foto saya bersama pak Dahlan Iskan. Sontak. Tanpa aba-aba. Para siswa langsung nyeletuk.

“Itukan mantan menteri.”

Lantas, mereka saling sahut. Berlomba-lomba untuk menyampaikan pandangan tentang sosok menteri yang begitu banyak gebrakannya ketika masih aktif menjabat dulu.

Selanjutnya? Bisa ditebak. Tugas saya menjadi lebih gampang.

Dan durasi 45 menit yang dibebankan kepada saya, terasa masih sangat kurang. Seandainya tidak diperingatkan pembawa acara bahwa sudah lebih 15 menit, mungkin saya masih betah untuk cuap-cuap.

Untung ada (foto) pak Dahlan.



No comments