Usahanya Sukses, Fredy Biayai 65 Gurunya ke Luar Negeri
Meskipun hari bahagia itu telah berlangsung sekira 3 tahun yang lalu. Namun
masih ada sisi menarik yang bisa dijadikan pelajaran.
Seperti diketahui, Fredy yang merupakan alumnus SMAN 1
Pekalongan itu bukan saja menggratiskan seluruh biaya perjalanan para gurunya, melainkan
juga mengurus seluruh dokumen dan administrasi yang dibutuhkan.
Selain itu, mereka juga mendapat tiket pesawat, hotel, restoran dan
fasilitas nomor satu.
Tak hanya itu, Fredy yang ingin
menunjukkan bhakti kepada guru SD, SMP, dan SMA nya, memberikan uang saku dalam
bentuk Ringgit dan Dolar untuk digunakan selama liburan kepada masing-masing
gurunya itu.
Menurut Kepala SMAN 1 Pekalongan ketika itu, Sulikin, Fredy sangat
perhatian kepada guru-gurunya. Dalam persiapan sebelum berangkat ke Malaysia
dan Singapura, Fredy meminta agar dibuatkan grup whatsapp.
Tujuannya, agar ia bisa memantau
setiap saat kondisi para mantan guru-gurunya itu dan berpesan agar setiap
keceriaan guru-gurunya itu diunggah.
Saat hari keberangkatan tiba, 65
guru, baik yang masih aktif maupun pensiun itu diberangkatkan ke Jakarta dengan
menggunakan dua bus.
“Bus-nya juga yang bagus. Pokoknya mewah
sekali,” ucap Sulikin.
Setibanya di bandara Soeta, Fredy
yang didampingi keluarganya pun menyambut dengan penuh kehangatan. Menurut Sulikin,
Fredy memperlakukan guru-gurunya layaknya ia memperlakukan orangtuanya sendiri.
Salah
seorang guru mengatakan bahwa dirinya tak pernah mengajar Fredy. Meski begitu,
ia mengaku sangat terharu dengan perlakuan Fredy kepada guru-gurunya.
Lantas, siapakah sebenarnya sosok Fredy hingga mampu membiayai 65 orang
gurunya berpergian ke luar negeri?
Fredy merupakan putra dari almarhum
Pjan Yauw Cwan. Yang dulu pernah tinggal di Pekalongan, sebelum
akhirnya merantau ke Jakarta.
"Dulu dari kecil sampai
lulus SMA dia (Fredy) tinggal di Jalan Salak Kota Pekalongan bersama kedua
orang tuanya," kata Wawan, salah seorang kerabat Fredy Chandra saat diwawancarai
pada tahun 2017 yang lalu.
Namun, setelah ayah Fredy
meninggal, dia mengajak ibundanya merantau ke Jakarta. "Saat ini rumahnya
di Jalan Salak itu kosong," Wawan menambahkan.
Dia menyebut sifat dermawan
Fredy memang sudah terlihat sejak masih sekolah. Fredy tidak segan
membantu teman-temannya.
Sebelum merantau ke Jakarta,
Fredy juga pernah beberapa bulan bekerja sebagai guru di SD Sampangan dan
teknisi komputer di sebuah pabrik di Pekalongan.
Selama sekolah, Fredy memang
sosok anak yang cerdas dan memiliki motivasi yang tinggi untuk
sukses. "Setelah sempat bekerja di pabrik itulah Fredy memutuskan
untuk merantau di Jakarta," kata dia.
Menurut Wawan, kini Fredy
sebagai pengusaha yang terbilang berhasil karena gigih bekerja. Dia menggeluti
bisnis fiber optik.
"Saat ini dia (Fredy)
sebagai pengusaha sukses kabel fiber optik FO laut. Memang dia orangnya cerdas
dan sangat gigih bekerja karena ingin sukses. Padahal dia dulu sempat kuliah di
ITB Bandung, tapi tidak selesai," katanya.
Selama bekerja di Jakarta, Fredy sering kali mendapatkan
proyek pekerjaan di luar negeri, seperti di Eropa. "Dulu pernah cerita
kalau dia (Fredy) pernah ada kerjaan di Jerman dan Prancis. Tapi katanya saat
itu juga beberapa negara lainya," katanya.
Fredy merupakan sosok yang sulit sekali dijumpai seperti sekarang ini. Bhakti
yang ditunjukkannya merupakan balas jasa
atas ilmu yang yang tak ternilai dari para gurunya itu. (bbs)
Post a Comment