Obituari Pak Nerimo
Jarang sekali saya
bisa menemui ayahnya bang Muslim, Pak Nerimo. Sepertinya baru dua kali. Itupun ketika
akan pulang. Yang waktunya begitu sempit. Nyaris hanya bisa pamitan. Tanpa
ngobrol sama sekali.
Pak Nerimo yang ketika
itu saya lihat, persis seperti Pak Nerimo yang diceritakan bang Muslim.
Badannya segar. Masih
mengenakan caping karena baru pulang dari kebun. Senyumnya renyah. Geliginya rapi
dan lengkap. Belum ada yang tanggal. Padahal umurnya sudah lebih 80 tahun.
Lalu ketika bang
Muslim menerangkan kalau Pak Nerimo dirawat karena mengeluh sakit pada bagian
persendian, saya cuma bisa memantau dari status WA-nya. Karena belum bisa ketemu.
Dia bekerja. Saya di rumah. Dirumahkan.
Saya berpikiran,
pak Nerimo mungkin sedang mengalami penurunan kualitas tulang. Apalagi usianya
yang makin senja.
Toh yang sakit
bukan organ vital yang bisa berakibat serius. Misalnya penurunan fungsi jantung,
ginjal, paru, lambung, usus, hati, atau organ penting lain.
Maka ketika
kabar duka itu diterima Sabtu petang. Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un. Terus
terang saya kaget. Mengingat secara medis, saya masih tak percaya: Apakah penyakit
tulang bisa sebahaya itu?
Menurut penuturan
bang Muslim, Dokter mendiagnosis bahwa pak Nerimo kehilangan cairan yang
menjadi bantalan antar tulang. Yang menyebabkan tiap sambungan antar tulang
langsung bergesekan. Dia menyebutnya pengompresian tulang. Saya cari di google namanya:
Osteoarthritis.
Gesekan inilah
yang menimbulkan nyeri. Nyerinya sampai ke sekujur tubuh.
Almarhum pak Nerimo
merupakan anak ke lima dari tujuh bersaudara. Ia berasal dari Bantul, DIY. Merantau
ke Sumatera ketika remaja. Ke kawasan perkebunan di Bah Butong.
Pak Nerimo pernah
pada tahap akhir seleksi penerimaan tentara. Akhirnya gagal karena dibujuk agar
mau membuka lahan di kabupaten Langkat. Oleh calon iparnya.
Kemudian menikah
di sana. Dianugerahi 9 orang anak. Bang Muslim putra yang ke tujuh.
Saya pernah
bertanya kepada bang Muslim. Apa ‘amalan’ yang dilakukan pak Nerimo untuk
menjaga geliginya bisa tetap rapi dan utuh.
“Makan makanan
yang tidak terlalu panas. Menghindari makan makanan yang dingin (baru dari lemari
es). Sikat gigi secara teratur. Dan jangan mengonsumsi makanan ketika hendak
tidur. Kalaupun terpaksa harus makan sebelum tidur, sikat kembali giginya,”
katanya suatu saat.
Pak Nerimo, menatap
anda saya merasa teduh. Seperti itu pula yang mungkin dirasakan oleh kesembilan
putra-putri anda. Semoga doa mereka dan kaum muslimin dan muslimat, membawa anda ke Jannah-Nya.
Allahumma firlahu warhamhu wa`afihi wa`fu`anhu.
Post a Comment