Silver Man
Apakah anda memerhatikan hal yang sama dengan saya: maraknya dijumpai sosok remaja laki-laki. Mengenakan pakaian sekenanya. Lalu seluruh tubuhnya nyaris dilumuri dengan cat berwarna perak?
Kalau iya, berarti memang sedang marak dijumpai "silver man" di Kota Medan ini.
Silver Man bisa dengan mudah ditemukan di perempatan lampu merah. Apalagi jika lalulintasnya masuk kategori padat.
Mereka yang telah mengecat hampir seluruh tubuhnya dengan warna perak itu, biasanya memasang pose kaku seperti robot. Lalu berjalan mendekat ke arah pengguna jalan. Sambil menunggu diberi sesuatu.
Saya sering mendapatinya di jalan Asrama simpang jalan Gatot Subroto (simpang Manhattan). Atau perempatan simpang pemda. Juga perempatan simpang ringroad dan setia budi.
Kemunculan Silver Man, semakin membuat riuh suasana perempatan lampu merah di jalanan kota Medan. Mereka setidaknya menjadi teman baru bagi para tunawisma, gepeng, dan juga pedagang.
Apakah eksistensi Silver Man ini dianggap mengganggu?
Di Jakarta, saya juga pernah melihat sekawanan Silver Man. Di kawasan wisata Kota Tua. Mereka menambah daya tarik kawasan wisata itu dengan aksi-aksi kakunya.
Kemaren dalam salah satu portal berita, para Silver Man ini sudah mulai ditertibkan. Andai saja lebih diarahkan dan ditata dengan baik, keberadaannya bisa jadi hiburan tersendiri
Semoga pemerintah kota bisa menemukan solusi yang tepat ya.
Kalau iya, berarti memang sedang marak dijumpai "silver man" di Kota Medan ini.
Silver Man bisa dengan mudah ditemukan di perempatan lampu merah. Apalagi jika lalulintasnya masuk kategori padat.
Mereka yang telah mengecat hampir seluruh tubuhnya dengan warna perak itu, biasanya memasang pose kaku seperti robot. Lalu berjalan mendekat ke arah pengguna jalan. Sambil menunggu diberi sesuatu.
Saya sering mendapatinya di jalan Asrama simpang jalan Gatot Subroto (simpang Manhattan). Atau perempatan simpang pemda. Juga perempatan simpang ringroad dan setia budi.
Kemunculan Silver Man, semakin membuat riuh suasana perempatan lampu merah di jalanan kota Medan. Mereka setidaknya menjadi teman baru bagi para tunawisma, gepeng, dan juga pedagang.
Apakah eksistensi Silver Man ini dianggap mengganggu?
Di Jakarta, saya juga pernah melihat sekawanan Silver Man. Di kawasan wisata Kota Tua. Mereka menambah daya tarik kawasan wisata itu dengan aksi-aksi kakunya.
Kemaren dalam salah satu portal berita, para Silver Man ini sudah mulai ditertibkan. Andai saja lebih diarahkan dan ditata dengan baik, keberadaannya bisa jadi hiburan tersendiri
Semoga pemerintah kota bisa menemukan solusi yang tepat ya.
Post a Comment