Tangis Batin Naila Hassan



Polisi ini sesunggukan. Air matanya mbrebes ketika mengucapkan shalawat saat memberikan ucapan duka. Terhadap syuhada yang syahid pada tragedi di Christchurch, New Zealand.

Perwira polisi itu adalah Naila Hassan. Unsur pimpinan polisi muslim, dengan pangkat tertinggi pertama di New Zealand. Istimewanya lagi, Naila adalah seorang polisi wanita.

Pidato Naila kepada publik yang berkumpul di Aotea Square itu memang sangat emosional. Gemuruh tepuk tangan berulang kali menggema.

Terutama saat ia menegaskan kebanggaannya menjadi seorang muslim. Dan duduk sebagai unsur pimpinan di jajaran kepolisian New Zealand.

Sebagai polisi, Naila merasa ngeri terhadap penembakan brutal itu. Ia menyatakan bahwa ini merupakan cobaan berat komunitas muslim. Memastikan korban yang saat ini dirawat, akan mendapatkan perawatan yang layak. Dan berusaha keras melindungi segenap warga negara New Zealand.

Naila merupakan perwira polisi berpangkat Superintendent. Setara dengan perwira bermelati dua kalau di Indonesia.

Dilansir situs i.stuff.co.nz, Naila membutuhkan dua dekade untuk mengungkapkan siapa dirinya. Itu bukan tentang menyembunyikan identitas. Melainkan untuk menyesuaikan diri menjadi seperti orang lain.

Seperti itu masyarakatnya bersikap. Karena memang begitu tinggi toleransi dan sikap saling menghargai di negeri Kiwi itu.

Aotea Square merupakan jantungnya kota Auckland. Kawasan ini dikenal sebagai area outdoor publik terbesar. Yang biasa digunakan untuk menyelenggarakan festival-festival seni.

Di temani sekawanan burung merpati, kita dapat mengeksplor pemandangan pusat kota Auckland dari area ini. Termasuk melihat Auckland Sky Tower yang 328 meter menjulangnya.

Saya membayangi bagaimana emosionalnya Naila Hassan saat menginterogasi Brenton Tarrant nanti. Apakah seperti polisi yang menangkap maling ayam.

Atau, seperti penyidik yang menginterogasi pimpinan partai itu. (sap).

No comments