Ujian Berat Jacinda Ardern
Ketika kami ke sana, gedung parlemen di kota Wellington sepi. Mereka tengah libur. Karena baru saja melakukan pemungutan suara. Dan segera melantik wanita ini sebagai perdana menteri baru mereka. Empat hari lagi. Dialah Jacinda Ardern.
Jacinda tercatat sebagai perdana menteri termuda dalam 150 tahun berdirinya negara itu. Akan dilantik saat usianya baru 37 tahun. Hebatnya lagi, ia akan menjadi pemimpin wanita paling muda dalam sejarah dunia.
Menggeluti politik setelah terpilih sebagai senator paling muda, karir politik Jacinda Ardern memang tergolong cemerlang. Ia lahir di Hamilton. Kota terbesar ke empat di New Zealand. Yang memiliki miniatur dunia pada sebuah taman bunga yang indah. Yang saat kami datang, terus diguyur gerimis kecil.
Popularitas Jacinda sebagai senator terus melambung. Apalagi publik mengenalnya sebagai pendukung dari kebijakan penggunaan bahasa Maori di sekolah-sekolah. Suku Maori sendiri merupakan penduduk asli negeri Kiwi itu.
Namun kini, kepemimpinan Jacinda tengah diuji. Setelah sekelompok orang bersenjata menyerang jamaah yang tengah melakukan ibadah salat Jumat di dua Masjid, di kota Christchurch.
Akibat peristiwa itu, setidaknya 49 jamaah meninggal dunia. Dua puluh di antaranya sedang dalam kondisi kritis.
Dunia bereaksi. Mereka mengecamnya sebagai tragedi kemanusiaan. Terutama dari para pemimpin negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Akibatnya, Jacinda menjadi sorotan. Reputasi New Zealand ada di pundaknya.
Sebelum kejadian ini, New Zealand merupakan negara yang aman. Kedua yang paling aman di dunia setelah Islandia, Mereka dikenal menjunjung tinggi toleransi. Hampir tidak ada gesekan antara umat beragama yang terjadi di negara itu. Karena masyarakatnya sangat menghargai kepercayaan pemeluk agama lain.
Dari Wellington, Jacinda langsung bereaksi. Ia tak lagi menyebut aksi brutal itu sebagai tindakan dari seorang gangguan mental. Melainkan serangan teroris. Dari orang-orang yang berpandangan ektrimis. Yang sama sekali tidak memiliki tempat. Baik itu di negaranya, maupun di dunia.
Dan ucapannya itu, tidak ada yang berani meralat. (sap)
Post a Comment