Biaya Kesempatan
Oleh Suryaman Amipriono
Konsep ekonomi dalam pendidikan mengenal istilah
Opportunity Cost. Yaitu biaya kesempatan, yang bentuknya bukan dalam rupiah.
Biaya ini sering disebut juga dengan ‘earning
forgone’. Yaitu potensi penghasilan yang seharusnya diterima seorang pelajar,
manakala ia lebih memilih bekerja dibanding melanjutkan ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Konsep biaya kesempatan inilah yang ditulis dengan sangat
rinci oleh Prof Nanang Fattah, dalam
bukunya Manajemen Pembiayaan Pendidikan Berbasis Aktivitas Pembelajaran.
Menurut Prof Nanang, untuk menghitung keseluruhan
biaya dalam penyelenggaraan satuan pendidikan, harus juga dihitung sumber daya
lain yang digunakan selama proses pendidikan.
Misalnya waktu kerja guru/dosen di luar jam mengajar
tatap muka. Demikian halnya dengan waktu dari sisi pelajar, staf/pegawai,
penggunaan material lain semisal peralatan, dan juga gedung sekolah (yang
disewa).
Menurutnya, meskipun tidak dapat diukur secara
langsung, tapi sumber daya ini memiliki nilai ekonomi karena dapat digunakan
pada bidang lain.
Nah, akhir pekan lalu saya ketemu dengan Bayu. Pelajar
kelas VIII.
Ia mengambil upah dengan bekerja menjaga dua gerai
permainan anak-anak: pemancingan ikan hias dan permainan pasir. Lokasinya berada
pada lapangan terbuka di alun-alun kota Stabat.
Dari puluhan wahana yang menjanjikan hiburan bagi
pengunjung, ada beberapa penjaga yang seusia dengan Bayu. Masih sekolah.
Belum diaktifkannya sekolah karena pandemik Covid-19,
memang membuat pelajar memiliki banyak waktu yang lapang. Waktu ini harus diisi
dengan kegiatan yang bermanfaat. Semua sudah tahu itu.
Selain Bayu, juga ada banyak anak lain di luar sana yang
memanfaatkan waktu luang ini untuk mencari uang. Ada yang menjual mainan kapal.
Menjadi badut. Bahkan ada yang ikutan menjadi silverman.
Jika menilik pada teori Prof Nanang, Bayu dan
anak-anak lain yang seusianya itu berada pada fase Opportunity Cost dalam
bidang pendidikan. Yaitu memanfaatkan waktu yang dimiliki, dengan melakukan kegiatan lain yang berpotensi
mendapatkan penghasilan.
Tapi setelah didalami lagi, ternyata Opportunity
Cost yang dimaksud prof Nanang, diperuntukkan bagi mereka yang berada pada usia
kerja. Misalnya, untuk lulusan SMK yang lebih memilih untuk melanjutkan
pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
Nah, jika begitu, masuk dalam kategori yang manakah
Bayu cs ini?
Bisa jadi, kegiatan itu merupakan serangkaian strategi
yang dipilih Bayu serta anak-anak lain, untuk
bertahan hidup karena desakan ekonomi.
Post a Comment