Dua Tangis di Babak Final


Oleh: Suryaman Amipriono

Alhamdulillah.

Akhirnya tampil juga saya di babak Final Kontes Guru TBSM Tingkat Nasional. Yang diselenggarakan oleh PT Astra Honda Motor (PT AHM) itu.

Maka segala beban yang memuncak pada saat persiapan, dan saat tampilnya saya pada babak final itu, luruh sudah. Perasaan plong. Pikiran pun jadi lega.

Kompetisi ini bertajuk kreatifitas pembelajaran online. Pesertanya merupakan guru SMK TBSM terbaik yang berada pada wilayah Main Dealer.

Untuk provinsi Sumatera Utara sendiri diwakili oleh SMK Binaan PT Indako Trading Coy (ITC).

PT ITC Medan ini merupakan salah satu maij dealer yang terbesar di Indonesia. Maka tak heran kalau mereka juga ingin tampil baik. Dengan  ingin menjaga reputasinya melalui penyelenggaraan kontes guru ini.

Lalu ketika saya didaulat menjadi wakil Sumatera Utara, dengan menjadi pemenang tingkat regionalnya, disitulah kerja keras ini dimulai.

Untuk dapat tampil baik pada ajang ini, memang diperlukan strategi yang out of the box.

Kesan itu sudah muncul saat manajer training, pak Armayadie, yang menaungi Indako Development Cantre (IDC) selalu memantau perkembangan saya.

Dimulai dari pencabutan nomor undian materi final. Pemilihan strategi pembelajaran. Dan kesiapan alat serta properti.

Untuk mematangkan strategi itu, dibentuklah tim khusus. Anggotanya personil IDC, yang diwakili oleh pak Erwin dan pak Ferry Panji. Serta rekan saya di SMK Negeri 2 Binjai.

Maka pada hari Senin, 13 Oktober 2020, tim IDC datang. Membentuk tim dan pic. Untuk kemudian melakukan survey lokasi, sebagai tempat pembuatan studio mini saat tampil live di zoom nanti.

Lalu di situlah dicetuskan strategi penggunaan proyektor dengan layar sebagai media presentasi, dua unit sepeda motor, dengan beberapa alat ukur.

Namun hingga hari Selasa siang, strategi ini tidak berjalan. Tampilan yang muncul di zoom sangat kontras. Tulisan proyektor yang tampil pada layar sulit dilihat.

Kondisi inilah yang membuat saya tertekan.

Apalagi saya harus memikirkan tentang materi presentasi. Desain power point. Manajemen waktu. Strategi pembelajaran dan sisi kreatifitasnya. Dan, masalah mental serta kepercayaan diri.

Hingga akhirnya ide baru itu pun muncul.

Pada hari Selasa setelah Zuhur, pak Erwin meminta saya datang ke IDC. Saya tiba menjelang Ashar.

Sudah hadir dua orang trainer ITC. Yang sudah terbiasa menggunakan software khusus untuk pelatihan online: OBS Studio.

Saya pun melebur dengan mereka. Menyiapkan tampilan OBS yang nyaman untuk tampil live nanti. Hingga menjelang tengah malam.

Hari Rabu pagi, aplikasi ini berhasil diujicobakan pada studio dadakan di sekolah: ruang guru.

Ruang guru merupakan tempat yang tepat. Cat interiornya berwarna hijau. Sehingga tidak memerlukan kain hijau sebagai green screen.

Hingga tibalah hari yang dinantikan itu. kamis, 15 Oktober 2020. Saya tampil pukul 11.00.

Pukul 09 lebih sedikit, pak Armayadie menelpon. Dia meminta saya mengikutinya untuk melantunkan beberapa ayat: Doa nabi Musa. Lalu secara perlahan memberikan dukungan.

Wejangan ini, meskipun disampaikan sebagai motivasi, namun terlihat samar sebagai beban. Saya paham betul keinginan PT ITC untuk tampil baik di tingkat nasional.

Dan syukurnya, saya bisa tampil maksimal.

Seorang juri bahkan mempertanyakan tentang semangat saya. Apakah pada kondisi pembelajaran normal saya melakukan hal yang sama: mengajar dengan berjalan ke sana-kemari, jingkrak-jingkrak, menggunakan metode yang tak pernah dipikirkan mereka, hingga berbicaranya pun sampai terbatuk-batuk.

Jujur. Panggung itu memang menjadi curahan semangat.

Saya begitu plong saat berhasil menaklukkan juri pada sesi pembuka. Yang membuat jalan selanjutnya menjadi mudah. Hingga membuat saya tanpa sadar menangis ketika menyampaikan materi. Saking emosionalnya.

Karena terlintas oleh saya saat itu: mamak.

Mamak memang menjadi tempat saya mengadu jika berhasil mencapai sesuatu.

Dahulu saat selalu berhasil langganan juara kelas, saya mengadu ke mamak. Saat lulus kerja ke Astra, saya mengadu ke mamak. Demikian juga saat berhasil ke New Zealand. Ke Singapura. Berhasil menerbitkan buku hingga ke Gramedia. Selalu mengadu ke mamak.

Namun pada saat akhir presentasi itu, saya langsung berpikir. Akan mengadu ke siapa atas keberhasilan menghilangkan beban tampil ini?

Pengumuman pemenang memang masih Sembilan hari lagi. Namun bisa tampil di tingkat nasional. Dengan segala dinamika dan tekanannya, membuat saya punya bahan untuk diadukan kepada mamak.

Terima kasih buat tim Indako Development Centre. Buat pak Armayadie, pak Erwin Chandra, pak Ferry Panji, pak Syaiful Bahri, pak Fahril Aulia, dan buk Nona.

Terima kasih juga buat seluruh keluarga besar SMKN 2 Binjai.

Terima kasih tak terhingga buat almarhumah mamak. Sulastri binti Saliun Hardjo. Terima kasih mak. Terima kasih.

 

 

No comments