Ujian Nasional Diganti Menjadi Asesmen Nasional. Ini 3 Aspek yang Diuji
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ( Mendikbud) Nadiem Makarim resmi mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Nasional pada tahun 2021. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ( Kemendikbud) menyebut Asesmen Nasional sebagai penanda perubahan paradigma evaluasi pendidikan dan menjadi bagian dari kebijakan Merdeka Belajar.
Tujuan utamanya adalah mendorong perbaikan mutu
pembelajaran dan hasil belajar peserta didik. Untuk itu, Kemendikbud mengundang
para pemangku kepentingan untuk memberikan masukan terhadap rencana penerapan
Asesmen Nasional pada 2021.
Anggota Badan Standar Nasional Pendididikan (BSNP)
Doni Koesoema mengatakan, Asesmen Nasional ini menjadi salah satu alternatif
transformasi pendidikan di tingkat sekolah untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, pengajaran, dan lingkungan belajar di satuan pendidikan.
“Melalui asesmen yang lebih berfokus, diharapkan
perbaikan kualitas, layanan pendidikan bisa semakin efektif. Dengan demikian,
kepala dinas harus memastikan pelaksanaan Asesmen Nasional di daerah dengan
memperhatikan kesiapan sarana prasarana dan keselamatan peserta didik bila
pandemi Covid-19 di daerahnya belum teratasi dengan baik,” ujar Doni seperti
dilansir laman Kemendikbud, Rabu (7/10/2020),
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim mengatakan, perubahan
mendasar pada Asesmen Nasional adalah tidak lagi mengevaluasi capaian peserta
didik secara individu, tetapi mengevaluasi dan memetakan sistem pendidikan
berupa input, proses, dan hasil.
Asesmen Nasional 2021, terang dia, adalah pemetaan
mutu pendidikan pada semua sekolah, madrasah, serta program kesetaraan jenjang
sekolah dasar dan menengah.
Asesmen Nasional terdiri dari tiga bagian, yakni:
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) Survei Karakter Survei Lingkungan Belajar.
Mendikbud melanjutkan, AKM dirancang untuk mengukur
capaian peserta didik dari hasil belajar kognitif, yaitu literasi dan numerasi.
Kedua aspek kompetensi minimum ini menjadi syarat bagi peserta didik untuk
berkontribusi di dalam masyarakat, terlepas dari bidang kerja dan karier yang
ingin mereka tekuni di masa depan.
“Fokus pada kemampuan literasi dan numerasi tidak
kemudian mengecilkan arti penting mata pelajaran karena justru membantu murid
mempelajari bidang ilmu lain, terutama untuk berpikir dan mencerna informasi
dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk angka atau secara kuantitatif,” jelas
Mendikbud.
Kemampuan literasi dan numerasi, lanjut Mendikbud,
adalah kemampuan yang akan berdampak pada semua mata pelajaran yang diajarkan
oleh guru dan dipelajari oleh murid.
Bagian kedua dari Asesmen Nasional adalah survei
karakter yang dirancang untuk mengukur capaian peserta didik dari hasil belajar
sosial-emosional berupa pilar karakter untuk mencetak Profil Pelajar Pancasila.
“Dengan enam indikator utama, yaitu beriman dan
bertakwa kepada Tuhan YME serta berakhlak mulia; dua, berkebinekaan global;
ketiga, mandiri; keempat, bergotong royong; kelima, bernalar kritis; dan
keenam, kreatif,” tutur Mendikbud.
Bagian ketiga dari Asesmen Nasional adalah survei
lingkungan belajar untuk mengevaluasi dan memetakan aspek pendukung kualitas
pembelajaran di lingkungan sekolah. Tak lagi evaluasi capaian siswa Asesmen
Nasional pada tahun 2021, kata Mendikbud, dilakukan sebagai pemetaan dasar
(baseline) dari kualitas pendidikan yang nyata di lapangan, sehingga tidak ada
konsekuensi bagi sekolah dan murid.
“Hasil Asesmen Nasional tidak ada konsekuensinya
buat sekolah, hanya pemetaan agar tahu kondisi sebenarnya,” kata Mendikbud.
Kemendikbud juga akan membantu sekolah dan dinas pendidikan dengan cara
menyediakan laporan hasil asesmen yang menjelaskan profil kekuatan dan area
perbaikan tiap sekolah dan daerah.
Bahkan, Nadiem mengatakan, Asesmen Nasional tidak
memerlukan persiapan khusus, seperti bimbel yang berpotensi membuat siswa
menjadi stres. “Sangat penting dipahami terutama oleh guru, kepala sekolah,
murid, dan orang tua bahwa Asesmen Nasional untuk tahun 2021 tidak memerlukan
persiapan-persiapan khusus maupun tambahan yang justru akan menjadi beban
psikologis tersendiri. Tidak usah cemas, tidak perlu bimbel khusus demi Asesmen
Nasional,” kata Mendikbud.
Untuk itu, lanjut Nadiem, mari kita bersama-sama
mendukung pelaksanaan Asesmen Nasional mulai tahun 2021 sebagai bagian dari
reformasi pendidikan Indonesia.
(sumber)
Post a Comment