Uncle Sam

 


Oleh: Suryaman Amipriono

Saya sampai harus mencari di google terjemahan tema acara itu: Sugeng Kondur. Yang ternyata: Sugeng berarti Selamat. Sementara Kondur artinya pulang, atau kembali ke rumah.

Sugeng Kondur menjadi tema acara pameran lukisan. Yang berisikan 114 karya lukis. Sebagai tribute kepada sang guru. Yang telah memasuki masa purnatugas.

Acara ini digelar padai galeri Seni Lukis Sekolah Menengah Seni Rupa (SMSR) Bugisan, Yogyakarta. Tempatnya mengabdi sebagai guru Seni Lukis. Yang lokasinya berdekatan dengan SMKI dan SMM. Institusi yang dipimpin oleh Samsuri Nugroho selama 14 tahun.

Samsuri Nugroho memang guru yang sangat spesial. Beliau nyata produktifnya. Karya lukisnya saja sudah 18. Semua dipamerkan pada ajang tersebut.

Itu belum termasuk karya tulis.

“Buku antologi ada 6. Sedangkan karya sendiri baru 3. Itu pun sebagian besar ditulis sepulang dari New Zealand. Terinspirasi karya mas Suryaman,” katanya merendah saat saya sapa secara virtual.

Saya mengenal beliau ketika melaksanakan tugas belajar di Auckland University of Technology (AUT), di New Zealand (Selandia Baru). Lalu menuangkannya dalam sebuah buku: Guru Vokasi Zaman Milenial.

Memang, selama pendidikan di AUT, kami selalu berbeda kelas.

Saya dan 26 rekan yang lain dikelompokkan dalam kelas guru. Sedangkan Uncle Sam, begitu beliau di sana dipanggil, masuk dalam kelas manajemen sekolah, bersama dengan 4 kepala SMK, dan perwakilan P4TK.

Meskipun berbeda kelas, namun karakter beliau yang humoris, humble, ayom, dan kebapakan membuatnya mudah dikenal.

Termasuk ketika beliau menjadi wakil rombongan pada sesi perkenalan saat berkunjung ke Kedutaan Besar Indonesia di ibukota New Zealand, Wellington.

Di depan pak Tantowi Yahya, Uncle Sam memperkenalkan dirinya. Teman satu rombongannya. Sekolah yang dipimpinnya. Pencapaian sekolahnya. Dan annual activity para siswanya di Istana Merdeka, Jakarta.

Semuanya itu disampaikan secara serius. Dengan suasana kekeluargaan yang santai. Sehingga terkesan ringan. Dan tetap penuh guyon.

 “Tutur kata dan gurauannya bisa menjadi pemantik semangat. Apalagi dikemas dalam keramahannya. Hidup serasa ringan, happy terus, senyum, tanpa ada beban,” kata bu Supadmi Asih.

Karena itu pula Uncle Sam terasa sangat kharismatik.

Karakternya melekat pada tulisan-tulisannya. Tentang perwayangan, kisah cinta Rama dan Sinta. Yang memadu kasih dengan kaos oblong dan jins belel. Yang selalu dibagikannya pada WA grup kami.

Uncle Sam oleh rombongan, dikenal dengan salam sapanya yang sangat khas. Yaitu dengan mengangkat tangan kanannya, lalu melempar satu senyum yang renyah.

Salam ini yang oleh Suharmanto, siswanya dulu, diabadikan menjadi satu karya lukis. Yang turut di pajang di galeri lukis SMSR.

Sugeng Kondur memang menjadi momen penutup yang manis bagi Uncle Sam. Menambah CV setelah menimba ilmu di Turki, Inggris, Canada, China, Jepang, New Zealand, Korea Selatan, Vietnam, Malaysia, dan Thailand.

Selamat kembali bahagia dengan keluarga Uncle.

Anda boleh pensiun dari kedinasan. Tapi tidak untuk berkarya.

 

 

No comments