Obituari Pak Bahrul
Innalillahi Wa Inna Ilaihi Roji’un. Saya mendapat kabar kalau Pak Bahrul Amin, dosen Teknik Otomotif Universitas Negeri Padang (UNP) meninggal dunia kemarin (15/7/2021). Sosoknya ramah, mengayomi, dan mau membantu terhadap orang yang baru dikenal sekalipun. Beliau pula yang saya anggap paling berjasa dalam satu bagian dari perjalanan karir.
Ketika
itu memasuki penghujung tahun 2017. Saya menghadapi satu perjudian besar. Mengikuti
‘Short Course’ ke New Zealand, atau mengikuti PLPG agar mendapat sertifikat
pendidik di UNP Padang.
Berharap
mendapat jadwal PLPG pada bagian ujung, saya lebih memilih berangkat ke Negeri
Kiwi. Karena ini kesempatan langka.
Namun
kekhawatiran itu akhirnya terbukti. Panggilan untuk mengikuti PLPG terjadi
ketika saya tengah menikmati benih inspirasi di Auckland. Ingin rasanya
meminjam 'pintu kemana-mana' miliknya Doraemon. Untuk menyeberangi laut Tasman,
melewati Benua Australia, menembus Samudera Indonesia. Hingga menuju ke bumi
Ranah Minang, di Padang.
Saat
itu sudah pukul 19.30 waktu Auckland. Di luar masih cerah. Maghrib juga belum
datang. Sebuah pesan masuk melalui aplikasi whatsapp. Dikirim oleh teman saya.
Miko Muchlis, dari Binjai.
"Abang
dipanggil PLPG bang. Gelombang 4," katanya. Lampiran berformat PDF lantas
dikirim. Jujur saja saya kaget. Langsung bangun dari tempat tidur detik itu
juga.
Dan ternyata
memang iya. Nama saya tercantum di situ. Nomor urut 126 dari 650-an peserta. Dalam
surat itu, saya sudah harus berada di Padang tanggal 24 Oktober 2017. Untuk mengikuti
PLPG selama 11 hari.
Alamak.
Pikiran saya kacau. Terbang melayang begitu tinggi. Hingga menembus awan
Cumulonimbus yang saat itu menggantung di langit Auckland.
“Kenapa
dipanggil sekarang? Bukannya saya sudah mengajukan izin secara lisan untuk
penyesuaian jadwal,” pikir saya dalam hati.
Dalam
kekalutan, saya menghubungi Adrizal Martam. Dia meminta saya menghubungi salah
satu panitia, pak Bahrul Amin. Dosennya dulu ketika kuliah di UNP Padang.
Saya
lantas melihat jam. Pukul 19.35 waktu Auckland. Atau pukul 13.35 bagian barat
waktu Indonesia. Ini masih jam kerja. Segera saya buat panggilan internasional.
Menghubungi pak Bahrul Amin, yang waktu itu menjabat sebagai sekretaris PLPG di
UNP Padang.
“Hallo…,”
kata suara di ujung telepon. Suaranya pak Bahrul Amin. Latar belakang suara
memberi sinyal kalau ia sangat sibuk.
Secara
perlahan, saya mengutarakan hal yang dimaksud. Jujur waktu itu saya pasrah. Termasuk
jika harus dicoret dari daftar kepesertaan PLPG karena tidak mengikuti jadwal
pemanggilan.
Namun
ternyata tidak. Jawaban pak Bahrul membuat saya lega.
“Nggak
apa-apa. Anda lanjut saja studinya. Kalua memang bulan November sudah di tanah
air, nanti saya jadwalkan ulang dengan panggilan kedua. Tapi gabung dengan
peserta Keahlian Ganda ya,” jelas beliau.
Jawaban pak Bahrul ibarat hujan di musim kemarau. Menyejukkan. Bikin tenang. Dan menutupi celah hati yang mulai retak. Allah menolong saya melalui tangan pak Bahrul.
Selamat
jalan pak Bahrul. Anda orang baik. Semoga Allah mengampuni dosa, menerima amal
ibadah, dan menempatkan anda di surga-Nya. Aamiiin… (sap)
Innalilahi wa inailaihi rojiun buat kando Bahrul Amin.. Semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah swt Amin ya rabbal alamin
ReplyDelete