Menghargai Sampah
Bahkan sampah pun begitu dihargai. Diperlakukan dengan sangat baik. Mulai dari proses pemilahannya. Cara pengelolaannya. Dan juga nilai kedudukannya.Yang melakukan itu sebuah lembaga non profit. Swasta murni. Namanya Project Wings Indonesia.Lembaga ini belum lama berdiri. Usianya baru 3 tahun. Meskipun begitu, jangan remehkan kiprahnya. “Mimpi kami membangun kampung daur ulang terbesar di dunia,” ucap Programs Manager: Khairuddin CH.Kami diberi kesempatan untuk mengunjungi lembaga yang bernama lengkap Yayasan Sayap Proyek Indonesia ini. Ketuanya, Namira Purba SH menerima kami dengan sangat baik.“Bangunan ini berkomposisikan 100% bahan daur ulang,” kata Namira yang hari itu tampil luwes.Sepintas bangunan tempat kami dijamu dengan gaya panggung ini, seperti rumah yang bermaterialkan semen dan bata. Namun rupanya tidak. “Unsur bata kami ganti dengan Eco Brick,” kata Mas No, Kepala Sub Bidang Education.Pada beberapa bagian, dinding bangunan dibuat transaparan. Untuk menampilkan susunan Eco Brick pengganti bata.Ecobrick adalah botol plastik yang diisi padat dengan limbah non-biological. Untuk membuat blok bangunan pengganti bata.“Ada tiga perlakuan terhadap sampah. Mengurangi. Menggunakan Kembali. Dan Mendaur Ulang,” jelas Mas No.Ada banyak cara untuk bahagia. Bagi Mas No, dengan mengelola sampah. Bagi yang lain, dengan membuat berita bohong dan menyebar fitnah. Berbeda-beda untuk mencapainya.“Setidaknya kami sudah menggunakan 70 ton sampah plastik sebagai material bangunan di kampong daur ulang ini,” lanjut Mas No. Sebagai catatan, satu potong Ecobrick dibuat dari 5 ons sampah plastik.Sebagian sampah plastik itu diperoleh dari masyarakat di 3 desa.“Dan kami membayar Rp 5000 untuk tiap batang Ecobrick dari masyarakat,” jelas Mas No.Begitulah sampah. Melalui orang dan tangan yang tepat bisa bervaluasi tinggi dan sangat berharga. Namun bagi orang dengan tindakan fitnah dan melempar isu serampangan, hanya akan menjadi sampah. Lengkap dengan bau busuknya.
Post a Comment