Tunggang-langgang Demi Buruan

Ternyata tak hanya terpidana yang berniat lari ketika akan dieksekusi. Hewan kurban pun punya niat yang serupa. Seperti yang terjadi pada pemotongan sapi kurban di salah satu SMK kota Binjai. Menyaksikan rekannya meregang maut di ujung bilang parang, sapi nomor urut tiga ini cari akal untuk kabur.



Gelagat aneh sebenarnya sudah terlihat ketika sapi itu akan digiring menuju tempat penyembelihan. Bersama siswa yang dikenal sebagai penggembala, sapi itu terlihat memberontak. Padahal siswa tadi sudah dibantu temannya. Namun namanya sapi tetap saja sapi. Bandel dan susah diatur. Siswa itu pun mengayun kesana-kemari mengikuti irama tali. Untungnya ada guru yang sigap membantu.

Selesai? Tidak. Disinilah adegan uber-uberan itu bermula. Sebelum disembelih, sapi-sapi itu dijatuhkan terlebih dahulu dengan mengikat keempat kakinya nya pada cantolan besi yang telah ditancapkan. Namun ternyata, ikatan sapi ketiga ini tak sesukses dua sapi sebelumnya. Apalagi jika dilihat sikap berontaknya tadi.
Sapi ini pun kabur. Padahal, Pak Taufik, sang jagal, sudah siap dengan senjatanya. Guru berkumis ini telah memasang semua kelengkapan penyembelihan. Namun apa daya, sapi itu berhasil lolos dari pengawalan ketat aparat.

Tak ayal, larinya sapi ini membuat sedikit kegaduhan di lingkungan sekolah itu. Ratusan siswa laki-laki secara spontan membantu mengejar. Sementara yang perempuan menambah semaraknya riuh dengan ucapan alaynya. “Ayo kejer keles..”

Sapi itu lari ke semak belukar. Pak Kusdi yang sedari tadi mengawal, turut mengejar. Bersama beberapa tukang ‘tetel’, ia tunggang langgang tergopoh-gopoh. Fisiknya tetap kuat. Namun tetap kalah cepat dari sapi itu.

Beberapa menit berselang, sapi itu dinyatakan buron. Sekejap, sapi itu tak kelihatan. Bersembunyi di antara semak. Sementara dari kejauhan, Pak Taufik berteriak. “Awasi, jangan sampek nyebrang.” Teriakan itu mungkin jadi bocoran buat si sapi. Ia melompat menyeberangi sungai. Padahal arus sungai itu cukup deras.

Kejar-kejaran pun terjadi. Siswa dan guru pasang strategi. Pengejaran yang semula di areal sekolah, pindah ke kebun sawit. Dramatis. Persis penyergapan buron kasus perampokan Bank Niaga dulu. Sapi itu  ternyata lihai juga. Ia mampu lolos dari sergapan puluhan orang.

Pelarian sapi tak berhenti sampai di situ. Hewan putih ini berpetualang di lebatnya rimba Bejomuna. Miko, salah seorang panitia kurban menuturkan. “Sapi yang mau dikurbankan, sama bandelnya dengan salah seorang guru yang berkurban,” katanya sambil melirik ke arah Marahalim, guru yang dimaksud.

Sementara itu, pencarian sapi tetap intens. Pak Herwadi terlihat bolak-balik dengan Sogun SP-nya. Demikian juga dengan pak Rully yang berjanggut  itu. namun, kepanikannya tak sampai membuat janggut pak Rully terbakar (kayak kata pepatah, sibuk kayak kebakaran jenglot, eh, jenggot).

Pencarian yang semula melibatkan warga sekolah, kini meluas. Laporan disebar kemana-mana. Termasuk polsek, polres, dan polairud (ecek-eceknya, didramatisir). Seluruh guru sibuk dengan perannya masing-masing. Mangatur terlihat yang paling sibuk. Seandainya sapi ini gagal ditangkap, ia khawatir jadi korban penyembelihan. Maklum, bobotnya beda tipis dengan sapi itu.

Setengah jam pencarian, tersiar kabar, sapi sudah diamankan. Katanya sapi itu hendak mampir ke warnet. “Mungkin dia mau update status di fb: “Hore, gue bebas friend,” kata Dedek Eko, orang yang paling setia mendampingi sapi saat diamankan.

Tak ingin buruannya kembali lepas, pihak sekolah mengirimkan satu unit barakuda modifikasi. Bang Bardan sang pemilik ranpur (kendaraan tempur) itu jadi drivernya. Si sapi pun diboyong kembali secara hewaniawi. Ia terlihat tenang. Mungkin nyaman dengan transportasi barunya.


Kini si sapi telah tersaji di meja hidang. 

No comments