Ayolah!!! Mari Bangun Bangsamu!
Kepada siswa yang bermasalah sering saya berseru begini: “Gimana kalian mau berhasil jika masih saja direpotkan dengan urusan sepele begini. Lihat diluar sana. Mereka (siswa dari SMK lain) sudah sebegitu maju. Pintar, berprestasi, dan memiliki skill. Kalau begini terus, kalian bisa tertinggal.”
Ucapan-ucapan itu sering saya lontarkan jika kesabaran sudah
pada titik terendah. Saya marah jika mendapati siswa-siswa masih terjebak pada
hal-hal klasik, sepele. Yang bisa menghambat prestasinya, yang berujung pada
prestasi sekolah, daerah, bangsa, dan negara.
Hal-hal sepele seperti terlambat, berkelahi, tidak
mengerjakan tugas, serta bentuk indisipliner lain, itu hanya akan menjadi
penghambat. Kepada mereka saya sering membandingkan dengan siswa di SMK lain
yang lebih tokcer prestasinya. Bukan apa-apa, maksud saya sebagai pemacu
semangat.
“Coba lihat di Solo (waktu itu sedang booming mobil Esemka).
Mereka sudah buat mobil. Lihat juga di Palembang, mereka sudah buat mobil
damkar (pemadam kebakaran). Juga ada yang membuat motor berbahan bakar gas. Nah
lantas kalian, apa harus berbuat onar terus. Jual tampang (di depan
siswi-siswi), mencari tenar, atau apa. Kalau begini terus, kita tak akan maju,”
seru saya kepada mereka.
Saya tak ingin diam, karena berupaya melakukan pembinaan. Karena
jika terus dibiarkan, maka siswa-siswa saya (yang bermasalah) itu, yang
jumlahnya 5-10% dari total populasi itu, akan ‘tenggelam’. Hanyut ditelan
pembiaran. Toh, siswa bermasalah pasti ada di setiap sekolah. Hanya penanganannya
saja yang mungkin berbeda.
Kini, seruan yang sama ingin saya suarakan (namun bingung
entah kemana): “Gimana negara kita mau sejahtera kalau (penyelenggara
negaranya) bertikai terus. Lihat di luar sana. Negara-negara lain sudah
sebegitu majunya. Sejahtera, modern, dan memakmurkan rakyatnya. Kalau begini
terus, kita akan semakin jauh tertinggal.”
Tentu saya tak menggurui. Tapi jika kita terus terjebak pada
kondisi ini, potensi prestasi negara ini tak akan pernah maju. Jangankan begitu,
untuk berkembang saja mungkin sulit.
Yang lebih parah. Pada saat di dalam kita semrawut,
(perusahaan dari) negara lain justru menguras kekayaan bangsa ini semakin
dalam. Mereka mengambil potensi kita yang ada di dalam laut dan tanah. Meskipun
dengan cara halus. Sangat-sangat halus.
Ayolah! Mari bangun bangsamu. Tinggalkan pertikaian,
pertengkaran, indisipliner, jual tampang, mencari popularitas. Seperti yang saya
serukan kepada siswa saya itu. Karena jika terus dibiarkan, kita bisa makin
tenggelam, dalam ketidakpastian. (sap)
Post a Comment