Ngumpul di Rumah Geta, Agus-Nisa Gembira
Beberapa waktu yang lalu kami ngumpul lagi. Kali ini di
rumahnya Geta, temen semasa SD dan SMP
saya dulu. Adiknya melepas masa lajang hari itu, Sabtu (17/1/2015).
Agus dan Sopian datang duluan. Menyusul saya, Nisa, dan
Ridha. Boy dan Deka katanya nyusul. Sementara Suryani belum juga nongol.
Apalagi Hajatu. Gadis lawas yang dua ini memang jarang on-time. Entah apa
sebabnya. Padahal, setahu saya, mereka sudah tak lagi jadi bintang iklan. Beda dari
dulu. Ketika masih jaya, dan aktif sebagai superstar, iklan obat panu.
Mendekati lokasi pesta, Agus bolak-balik ngebel, juga sms,
dan bbm. Mungkin ia didesak Sopian. Supaya kami lebih cepat. Atau mungkin si
Sopian udah laper, apalagi baru pulang kerja. Atau mungkin Agus udah kangen.
Bukan sama saya, tapi sama Nisa.
Atau mungkin, si Agus yang nggak tahan digodain Sopian
terus. Maklum, si Sopian ini dulunya terkenal, guanteng-meskipun saya nggak
ikhlas nulisnya. Rambutnya yang belah jengkol itu, disebut-sebut mirip bintang
film Hongkong, Andy Cole, eh salah, Andy Lau.
Pesta di siang itu terbilang meriah. Sajian menunyanya pun
enak. Andai tak diingatkan Agus, saya hampir nambah. Apalagi ada menu kesukaan
saya, roti jala.
Sementara itu, aroma etnis India kental terasa. Seperti
diketahui, pada si Geta ini mengalir darah India. Gayanya sendiri hampir
mirip-mirip Hema Malini. Sedangkan gaya jogednya mirip Briptu Norman Kamaru.
Teman-teman saya semasa remaja itu, kini sudah lain gayanya.
Seperti Agus. Hari itu dia bergaya sangat kasual. Menggunakan jeans bolong-bolong
yang 3 tahun tak dicuci, Agus tetap pede. Apalagi dipadukan dengan oblong
coklat keluaran C-59.
Begitu pula degan Sopian. Teman saya yang belagak
aktor-karena rambutnya mirip pemain tinju Michael Chang- ini juga tampil
simple. Mengenakan kemeja biru tanpa singlet membuatnya mempesona. Buktinya, si
Alil, anak Boy yang ganteng itu, takut berada dekat dengannya.
Sementara si Deka tetap. Ia tak mengubah gaya. Mantan
veteran perang teluk ini mengenakan kemeja putih. Selaras dengan jargon kerja
kerja kerjanya Pak Dahlan Iskan, lha, nggak nyambong. Pun demikian dengan Boy
Amali. Teman yang satu ini yang gayanya paling saya tiru. Bukan karena kulitnya
lebih hitam, melainkan tata busananya yang simple, namun cocok. Boy mengenakan
kemeja lengan panjang coklat sore itu. Juga kacamata rey-ban.
Bagaimana dengan teman yang perempuan. Sulit digambarkan.
Selain karena terjadi pertambahan luas, juga memang tak ada yang perlu
dikomentari. Kecuali Hajatu Atun yang seba hitam, dan Pipit yang serba hijau.
Namun ada yang unik. Si Nisa tampil serba pink. Entah karena
mau menunjukkan rasa-dengan si Agus, atau memang karena nggak ada lagi bajunya.
Tapi rasanya itu kode, yang kami semua kurang paham, kecuali Agus.
Yang jelas, di rumah Geta, Nisa dan Agus gembira. Gembiranya
mereka, juga gembira kami. Saya saja sampai berniat. Seandainya jadi, saya akan
nyumbang kibot. Terserah mereka, mau kibot bongkar, kibot perbaungan, atau
kibot mak lampir. Asal jangan kibotnya mak erot. Hehehehhe….
Post a Comment