Apa Kabarmu Dodi?
Seperti inilah Dodi Irwansyah sekarang. Kondisinya jauh
lebih baik sejak menjadi pasien cuci darah, selama hampir 9 bulan. Fisiknya yang
sejak tahun lalu layu, perlahan mulai segar. Wajahnya kini jauh lebih cerah. Senyumnya
makin mengembang, kecuali bobotnya yang turun drastis.
Padahal, adik saya ini termasuk obesitas ketika masih
sehat-sehatnya dulu. Berat badannya kala itu, hampir menyentuh 110 Kg. Tinggi
besar. Hampir seperti beruang madu. Menggemaskanlah pokoknya. Namun kini, bobot
Dodi ‘hanya’ 68 Kg saja. Turun dengan sangat drastis. Penyakit gagal ginjal kronik
menggerogoti lemak-lemak segar di badannya itu.
Sebagai pasien gagal ginjal, Dodi harus rutin menjalani cuci
darah. Dalam seminggu, ia harus dua kali berhadapan dengan mesin yang sudah
seperti ginjal buatan itu. Pada hari Selasa dan Jumat.
Dua buah jarum (yang diameternya kira-kira sama dengan jarum
goni) disuntikkan ke paha kanannya. Satu jarum mengalirkan darah ke mesin ‘ginjal
buatan’ itu, sedangkan satunya lagi mengalirkan darah yang telah dicuci ke
tubuh Dodi.
Jarum-jarum ini menggantikan proses keluar-masuk darah sebelumnya. Dimana ada dua buah selang yang
ditanamkan pada pembuluh darah yang berada di bawah leher Dodi. Kalau saya tak
salah, namanya Double Lumen.
Sebenarnya lebih mudah dengan cara ini, karena nihil
suntikan. Hanya tinggal menyambung selang dari ‘ginjal buatan’ itu, ke selang
Double Lumen. Namun, penggunaan selang-selang itu ada batas waktunya. Jika tidak,
pembuluh darah itu bisa rusak.
Proses cuci darah ini biasanya berlangsung antara 4-5 jam. Tergantung
banyaknya cairan yang akan diserap dari darahnya. Karena gagalnya fungsi ginjal,
cairan-cairan ini tak dikeluarkan oleh tubuh. Cairan ini pula, yang mengisi
sebagian volume perutnya si Dodi.
Sejak beberapa bulan terakhir memang, saya perhatikan
perutnya Dodi membuncit. Saya jadi heran. Badannya menjadi ceking, kenapa
perutnya membuncit. Rupanya ini cairan tubuh. Dan bila sudah diatas batas
normal, harus dikeluarkan. Seperti yang beberapa minggu lalu dilakukan. Sebanyak
12 liter cairan, dikuras dari perut Dodi yang tidak six pack itu.
Berangsur pulihnya Dodi, membuatnya ingin segera
beraktifitas. Meskipun kami sadar, waktunya menjadi kurang produktif. Sehingga,
untuk membuatnya tetap berkegiatan, sebuah kios kecil kami buat. Kios ini
menjual jajanan anak-anak, kebutuhan rumah tangga, dan cemilan-cemilan kecil.
Alhamdulillah sambutannya pun lumayan. Pada beberapa hari
pertama, omsetnya mencapai 200an ribu. Meskipun kini hanya tinggal 80an ribu. Tapi
tak mengapa, yang penting, Dodi bisa bersosialisasi. Memanfaatkan waktu
produktifnya. Minimal bisa mengobati lara akibat kuliahnya yang gagal karena DO
ketika awal-awal sakit dulu.
Keluarga berharap, semoga Dodi bisa kembali seperti semula. Bukan
begitu Dodi. Amin Ya Allah..
Post a Comment