Melintasi Jalur Yang 'Diperkosa' Setiap Hari

Sungguh sangat tidak berperikejalanan. Aspal compang-camping dengan ruas yang tidak terlalu lebar itu menjadi perlintasan ribuan truk-truk bongsor. Padahal ini jalur gemuk, yang menjadi nadi bagi ekspedisi antar lintas kota, dalam dan luar provinsi.


Saya temasuk yang melintasinya. Hampir setiap hari. Tepatnya jika sedang bertugas ke Binjai, kota yang berjuluk 'Rambutan' itu.

Perlintasan ini seperti sedang 'diperkosa' (baca: paksa) setiap harinya. Bagaimana tidak. Di sepanjang hampir 5 kilometer rute itu, penggunaan jalan ini sangat dipaksakan.

Memang aspal terlihat mulus pada 1 kilometer pertama, dari Simpang Pasar IV Helvetia. Namun ruas jalannya menyempit. Itu belum (diperparah) lagi dengan truk-truk yang parkir sembarangan untuk bongkar muat. Padahal ini satu-satunya ruas menuju luar kota Medan, dari Pelabuhan dan pintu tol Belmera.

Masuk kilometer berikutnya, aspal terlihat compang-camping. Tambal sulam dimana-mana. Tak heran, sompelan-sompelan kecil bertabur. Apalagi ketika masuk musim hujan, seperti beberapa waktu lalu. Seperti sia-sia saja tambalan aspalnya.

Alhasil, kendaraan melaju tersendat. Bukan hanya merayap, tapi tiarap. Melaju pelan sambil sesekali menghindari lubang. Ini pula yang membuat ruas Jalan Helvetia By Pass, Jalan Kapten Sumarsono, hingga menuju Jalan Asrama itu selalu padat. Seperti 'diperkosa'. Sehingga membuat satu simpul macet baru.

Mudah-mudahan ke depan tidak lagi begini. Namun entah kapan. Setelah membaca tulisan ini mungkin. Hehege...

No comments