Sahur Injury Time di Rumah Budi (1)
Sahur bareng dadakan
itu berakhir berantakan. Kami baru bersantap saat injury time menjelang imsak.
Seru dan lucu jika diingat-ingat. Detik-detik menyenangkan di rumah Budi itu
seperti baru kemarin terjadi. Seperti apa kisahnya? Check this out.
Niat awalnya sih hanya
kongkow-kongkow. Makan mi aceh sambil ngomong ngalur ngidul. Semua hal. Tentang
kerjaan, pacar, warisan, atau pun hutang. Hitung-hitung sambil ngelepas kangen.
Ketika itu ramadhan tahun 2004,
Jumat malam. Selepas tarawih, kami komunikasi melalui hp. Janji ketemu di jalan
Bom. Ada banyak penjual mi aceh di situ.
Ketawa pun pecah setelah ketemu.
Candaan semasa SMP dulu muncul lagi. Ada saja bahannya. Rasa setia kawan itu
kembali hangat, sambil melahap sepiring porsi Mi Aceh.
Tiba-tiba, ketika sedang
asyik cerita, Boy menantang main PS. Anak ini memang ada mentiko-mentikonya.
Diajaknya si Deka. Tak mau kalah, Deka yang sok tua, eh tau, itu pun menerima.
Acong pun tak mau ketinggalan.
Bersama Agus, ia menawarkan bermain cup. Karena akan banyak yang terlibat di
situ. Sementara saya, Yunan, dan Budi memilih mengalah. Karena yang berilmu
tinggi biasanya diam saja (hehehehe..).
Gayung pun bersambut. Karena
orangtuanya sedang di Pekan Baru, Budi menawarkan tempat di rumahnya.
"Sekalian aja sampek
sahur," sepakat kami waktu itu.
Kami langsung meluncur ke rumah
Budi, di gang tape. Sesaat setelah menyewa PS 2 dari rental kesayangannya si
Boy. Anak yang ketika itu baru lulus di Kejaksaan ini memang banyak kenalannya.
Mulai dari tukang sate, tukang pete, hingga tukang tempe.
Dengan berkereta, kami beriringan
ke rumah budi. Saya dan Agus berboncengan, dengan Supra Fit hitam. Sementara
Boy dengan Shogun hitam bernomor polisi seri HZ. Yunan dengan Vega biru
bernopol 2222 J. Budi dan Acong mengendarai kereta bertipe sama, Astrea Black
Impressa.
Sedangkan Deka, saya lupa, odong-odong mungkin.
Rumah Budi memang kosong. Hanya
ada dia dan adiknya, yang ketika itu hendak berangkat kerja.
Tanpa menunggu, kompetisi Winning
Eleven mini digelar. Masing-masing kami memilih tim. Juga dengan formasinya.
Semuanya pada sok paten.
Deka memilih Inggris, formasinya
4-4-2. Acong Jerman, dengan 3-5-2. Agus Italia. Budi memilih Belanda, si
penjajah. Sedangkan Boy, memilih India, negara leluhurnya.
Sementara Yunan, karena jarang
bermain PS, memilih formasi yang safety. Pengusaha mebel itu menggunakan
formasi 7-2-1. Tujuh kiper, dua bek, dan satu wasit. Loh?
Ada sambungannya...
Post a Comment