Lebaran Beraneka Musim di Rumah Bang Muslim
Silaturahmi di hari keempat lebaran ini berakhir sempurna. Perjalanan
melintasi ratusan kilometer, dengan melintasi 4 kabupaten kota serasa amat
menyenangkan. Di rumah Bang Muslim, selain mendapat maaf, rasa tentram, tenang,
dan damai juga menyelimuti: Lahir dan Batin.
Suasana ‘kampung’ di rumah bang Muslim, membuat saya sudah
seperti orang kampungan. Karena di tempat saya tinggal, tak ada lagi kondisi
seperti ini. Pekarangannya lebar-lebar, jarak antar rumah jarang, tidak saling
berdekatan. Di belakang rumah-rumah penduduk itu, terhampar sawah yang masih
menghijau, juga deretan tanaman palawija di antaranya.
Pekarangan yang lebar ini, dimanfaatkan untuk memelihara
binatang ternak, seperti kambing, ayam, bebek, dan entok. Juga dimanfaatkan
untuk menanam tanaman buah tropis. Misalnya pisang, mangga, serta yang sedang
naik daun: Jambu Madu.
Ketika kami datang, padi sudah selesai dipanen. Demikian juda
dengan kacang tanah dan pare. Sementara jambu madu dan rambutan masih mulai
berbunga.
Meski demikian, tetap saja selalu ada musim (yang lain) di
rumah bang Muslim, rekan seprofesi saya itu. Aneka sayuran semisal bayam, sawi,
dan kacang panjang sedang siap untuk dipanen. Sayur-sayuran itu, ditanam di
kebun milik orang tua bang Muslim. Letaknya di halaman belakang rumahnya. Bersebelahan
dengan sawah yang baru saja selesai dipanen itu.
Saya membayangkan. Betapa dekat ‘kedai sampah’ (warung yang
menjual aneka kebutuhan sembako) dengan rumahnya bang Muslim. Tidak perlu
membayar. Gratis. Beda dengan sebagian warga di kota, terutama Medan.
Kondisi yang seperti ini priceless. Tidak ada harganya. Kepuasan
batinlah yang menghargai. Bang Muslim beruntung, bisa tumbuh, menjalani hidup,
dan beraktivitas di lingkungan se-tenang itu. Saya juga menginginkannya suatu
waktu, nanti.
Dan kami menikmati aneka musim di rumah bang Muslim, ketika
pulang.
Post a Comment