Menyatukan Dua Skills Yang Up To Date
Tiba-tiba saja
saya teringat pernyataan Drs H Purwanto. Ketika itu beliau mengungkapkan
tentang tantangan yang dihadapi oleh rata-rata lulusan SMK. Sebagai guru senior
yang kenyang pengalaman, dan sudah menghantarkan ribuan siswanya lulus, beliau
tahu persis kendala di lapangan.
“Kemampuan berkomunikasi lulusan SMK turut
memberikan andil terhadap keberhasilan mereka masuk ke dunia kerja,” kata Pak
Pur, begitu saya akrab menyapa.
Pak Pur merupakan
Kepala SMK Sinar Husni 2 TR Labuhan Deli. Sudah hampir 3 dekade beliau mengabdi
sebagai guru, dan hampir dua puluh tahun sebagai Kepala Sekolah.
“Banyak siswa
yang secara skill teknisnya bagus, namun
tak bisa masuk ke perusahaan-perusahaan besar. Penyebabnya ternyata simpel,
gagal ketika proses wawancara,” kata Pak Pur ketika itu.
Pernyataan itu
bagus sekali. Identifikasi masalahnya dapat. Straight to the point. Sehingga bisa diantisipasi, dan menjadi
rancangan proses pembelajaran, sejak awal. Termasuk oleh saya.
‘Temuan’ itu
pula yang menjadi role model mengajar saya pada awal tahun ajaran baru ini. Setelah
opening dan perkenalan, beberapa
siswa saya beri pertanyaan. Yang mudah-mudah dan simpel. Saya sangat penasaran
dengan cara mereka menjawab, isi jawabannya, dan cara mereka berkomunikasi.
“Ayo ceritakan
tentang dirimu,” kata saya kepada mereka.
Ternyata apa yang
disampaikan Pak Pur terbukti. Rata-rata jawaban mereka singkat dan sederhana. Maksimal
tiga sampai empat kalimat. Sementara sebagian lainnya malah blank sama sekali. Hanya bisa mikir dan
bilang: “Ehm...”
Cara mereka
menjawab membuat saya tertantang. Ternyata skill
komunikasi itu memang perlu dirancang, didisain, dan dibangun.
Kemampuan berkomunikasi
ini memang penting. Tujuan dan maksud pembicaraan akan semakin terarah ketika
dikomunikasikan dengan jelas. Komunikasi dengan berbicara, melibatkan kerja otak.
Penguasaan
bahasa tidak hanya diatur oleh satu sisi otak. Pada kebanyakan orang, pusat
kendali bicara ada di otak kiri. Sedangkan tata bahasa dan kosa kata diatur
oleh otak kanan. Meskipun, fungsi bahasa yang lain tetap ‘ditanggungjawabi’
oleh otak kiri.
Skill berkomunikasi yang kelihatannya sepele
itu, rupanya menggambarkan kapasitas seseorang. Termasuk muatan yang ada pada
kedua sisi otaknya. Sehingga tak heran, banyak yang beradu ketangkasan otak dengan
cara berdebat, termasuk perlombaan debat pelajar.
Kemampuan berkomunikasi
ini pula yang rencananya akan saya bangun. Saya ingin tiap kelas hiruk pikuk,
penuh diskusi dan debat, pada beberapa materi teori. Selebihnya, tetap
mempertajam skill teknis pada materi
praktik.
Saya memang ingin
mengawinkan skill komunikasi itu, dengan
skill teknis. Pasti akan banyak
manfaat yang bisa mereka dapat. Sambil berharap, mudah-mudahan saja dua skill itu bisa menyatu.
Post a Comment