Tanda Tanya di Kepala Dodi
Tadi pagi mamak menelpon. Memberi kabar bahwa Dodi harus
kembali masuk Instalasi Gawat Darurat (IGD). Dodi tak sadarkan diri setelah
terjatuh. Beberapa saat sebelum melakukan Hemodialisa/HD (cuci darah) rutin.
Kontan saja saya terkejut. Antusiasme bekerja hilang. Manusiawi
sekali. Siapapun pasti akan panik mendengar anggota keluarganya tertimpa
musibah. Akibatnya, saya terpaksa pulang lebih cepat. Tanpa meninggalkan
tanggung jawab, saya mencari pengganti, untuk langsung melihat kondisi Dodi.
Sesampainya di RSUP H Adam Malik Medan, Dodi baru saja
menjalani CT Scan. Kondisinya masih belum sadarkan diri. Matanya terpejam. Namun
kaki dan tangannya terus menerus bergerak. Saya sengaja memanggilnya untuk
memancing kesadarannya. Tapi belum berhasil.
Sambil menunggu hasil Scanning kepalanya, saya mengintip
hasil pemeriksaan darahnya Dodi. Kadar hemoglobin (HB) darahnya lumayan bagus. Di
atas angka 10. Namun kadar Ureum, Kreatinin, dan Leukositnya melebihi ambang
batas normal.
Ada 2 orang dokter yang menangani Dodi. Yakni dokter
spesialis penyakit dalam dan dokter neurologi syaraf. Kedua dokter itu terus
menerus berkomunikasi. Termasuk memberitahukan hasil CT Scan yang diambil siang
tadi.
“Tidak ada cedera serius pada kepalanya. Pendarahan juga
tidak ada. Namun kami curiga, ada infeksi yang menyumbat pembuluh darah di
kepalanya, karena matinya beberapa jaringan akibat penyakit gagal ginjalnya,”
demikian kira-kira kata sang dokter syaraf itu.
Sebelum jatuh di rumah sakit, Dodi sepertinya memang mengalami
gangguan keseimbangan. Tadi pagi, ketika selesai salat subuh, Dodi hampir
terjatuh. Badannya masih tersandar di tembok. Kondisi inilah yang menimbulkan tanda tanya.
Dodi yang belum juga sadar kini hanya tergeletak di kasur
rumah sakit. Kaki dan tangannya terus bergerak. Matanya yang bengkak juga masih
terpejam. Dokter masih menunda HD nya. Karena tensi darahnya begitu tingi: 240.
Tensi yang diperbolehkan untuk HD di bawah 200.
Sedari pagi tadi Dodi belum sempat makan dan minum. Sesekali
ia juga muntah dan pup.
Dodi juga belum bisa berkomunikasi. Apalagi menjawab
pertanyaan orang yang dia kenal. Satu-satunya kalimat yang muncul dari
mulutnya: “Mamak’e.”
Kami terus berdo’a, agar Dodi bisa melalui masa kritisnya
ini. Sama seperti ketika kritis pada hari ulang tahunnya setahun yang lalu.
Post a Comment