Man Behind The Gun
Dalam sebuah ceramahnya, KH Zainuddin MZ pernah menyampaikan
nasehat yang indah. Isinya sangat cocok dengan kondisi saat ini. Padahal,
ceramah itu disampaikannya pada awal tahun 1990-an. Saya ingat betul itu.
‘Man Behind The Gun.’ Istilah itu beliau gunakan untuk
menggambarkan peran seseorang, dibalik benda apapun yang dihadapinya.
Karena ketika itu pecah perang teluk, di mana Irak diserang
Amerika Serikat dan sekutunya melalui operasi bertajuk ‘Desert Storm’, Dai ‘Sejuta
Umat’ itu menggambarkan ‘benda apapun’ tadi, dengan senjata sungguhan.
Kalau saya rilis kembali isi ceramah tentang ‘Man Behind The
Gun’ itu, kira-kira isinya begini.
“Pesawat tempur canggih seperti F-16 Fighting Falcon, kalau dikendarai oleh orang-orang yang soleh,
teguh imannya, akan menjadi alat perang yang membuat damai.”
“Demikian sebaliknya, meskipun hanya senjata ringan sekelas bedil
(senapan) angin sekalipun, jika yang memegang itu orang sembarangan, maka bisa
menjadi amat berbahaya. Amat mematikan.”
Lantas, seberapa erat hubungan nasehat itu dengan kondisi
sekarang ini? Saya menyebutnya bagaikan sendok dan garpu. Seiring sejalan. Banyak
contohnya. Yang paling gampang saja misalnya ini: Teknologi.
Teknologi yang canggih memiliki dua sisi. Yang satu
bermanfaat, satunya lagi mudharat. Gadget canggih dengan OS Android misalnya. Jika
berada pada tangan orang-orang yang tepat, bisa menjadi media berguna, dan multi
fungsi.
Lihat seberapa bergunanya alat ini. Fungsinya pun sudah
melampaui tujuan awal pembuatannya, dari yang hanya sekedar digunakan untuk
berkomunikasi. Telponan, atau pun sms-an.
Namun, siapa sangka jika kini, alat sekecil itu mampu
menggantikan peran kamera yang ukurannya amat besar. Seperti yang digunakan
TVRI semasa menayangkan ‘Aneka Ria Safari’ dulu: Siaran Langsung.
Orang yang jauh sekalipun, selama masih menggunakan alat
itu, dan mendapat dukungan jaringan, bisa menikmati tayangan langsung dari
aplikasi TV Online yang semakin marak belakangan ini. Sehingga, orang yang jadi
tau akan semakin tau, dan yang tidak tau, menjadi tau.
Yang kadang-kadang justru membawa mudharat adalah, aplikasi
yang tertanam pada gadget-gadget canggih itu. Misalnya teknologi browser
seperti Google.
Kini, semua jenjang usia, mulai dari anak SD hingga mahasiswa,
sudah kenal Google. Jika sedang beraktifitas dengan itu, mereka menyebutkan Googling. Berseluncur di dunia maya.
Sejak didirikan pada September 1998 oleh Larry Page dan
Sergey Brin, Google membuat setiap penggunanya kecanduan. Ada yang kecanduan
ilmu, materi, aplikasi, serta kebutuhan lainnya.
Dengan ber-googling,
seorang mahasiswa ekonomi bisa menjadi layaknya
tekniksi. Atau, seorang sarjana teknik bisa paham tentang ilmu-ilmu dasar
kedokteran. Google, bersama 107 mesin pencari lainnya, bisa memberikan manfaat.
Menjanjikan kemudahan bagi setiap penggunanya.
Yang lantas menjadi mudharat adalah, ketika mesin pencari
ini masuk ke tempat dan waktu yang salah. Seperti ketika ujian. Saat itu lah ‘Man
Behind The Gun’ itu menjadi sangat berarti. Seperti yang diutarakan Almarhum KH
Zainuddin MZ dulu.
Selamat Tahun Baru Hijriah 1437.
Post a Comment