Behind The Scene Kelahiran Dini (1)
Jumat, 24
Oktober 2008.
Helm sudah
terpakai. Lengkap. Beserta jaket. Dengan seragam Astra di dalamnya. Scorpio
hitam merah pun sudah akan ditunggangi. Sampai tiba-tiba. Suara itu terdengar hingga
ke bagian depan.
“Mas, kenapa
ini…”
Ternyata itu
suara istri saya. Dari dapur. Dan sedang berdiri di depan kulkas.
Setelah saya
hampiri, ternyata sekujur tubuhnya bergetar. Mungkin karena shock. Akibat cairan
yang keluar. Yang belakangan saya tahu bahwa itu air ketuban.
Memang. Sudah
sejak malam sebelumnya saya siaga. Siap antar jaga. Karena kandungan istri
sudah masuk usianya. Untuk partus.
Terakhir. Hingga
sebelum Jumat subuh kami sudah mendatangi bidan terdekat. Setelah hampir
semalaman istri saya itu merasa sakit.
Namun karena
bidan berkata: “Masih bukak satu. Klen tunggu ajalah.” Saya masih santai.
“Masih bisa
masuk kerja di hari Jumat ini,” pikir saya.
Cairan itu
pula yang lantas membuat saya panik. Mau teriak. Tapi kok malu. Sempat mondar-mandir
ke sana dan ke mari. Sampai ingin memanggil tetangga. Yang hanya berbatas sekat
kayu. Karena waktu itu saya masih ngontrak di perumahan mewah (mepet sawah).
Hingga akhirnya
saya merebus air. Satu panci. Yang saya sendiri bingung. Kok bisa-bisanya. Untuk
apa air panas itu. Mungkin karena bingung. Melihat gejala sakit yang dialami
istri saya. Pada saat kelahiran anak pertama kami ini.
Post a Comment