Arti Darah
Mamak kembali butuh
darah 4 kantong. Setelah hb nya terjun bebas jadi hanya 3. Nenek berusia 70-an tahun di
seberang mamak butuh 2 kantong. Ada pendarahan di pencernaan, sehingga tinjanya
juga menghitam seperti mamak.
Sementara ibu boru
Barus yang di sampingnya juga butuh 2 kantong. Mereka ini ada dalam satu
ruangan. Dan semuanya bergolongan darah O.
Stok di RSUP H Adam
Malik untuk golongan darah itu kosong. Harapan satu-satunya minta ke PMI. Tapi
ya itu. Selain stok tipis dan khawatir habis, juga harus menyiapkan anggaran. Sehingga jalan paling bijak
adalah berharap kepada pendonor.
Senin menjelang dinihari.
Istri baru saja
menyeduh teh manis setibanya saya dari rumah sakit. Jarum jam menunjuk ke angka
11. Satu suapan belum lagi selesai dikunyah, android seken asal China itu
meraung panjang. Wajah Fika lalu muncul di layar.
"Cepat bang. Fika nggak kuat. Dokter minta kita kumpul," serunya lemah dari pucuk telepon. Kami pun bergegas.
"Cepat bang. Fika nggak kuat. Dokter minta kita kumpul," serunya lemah dari pucuk telepon. Kami pun bergegas.
Setiba di ruang
perawatan, mamak terkulai lemah. Saat saya tinggal pulang setelah memastikan ada
3 kantong darah dari pendonor pun, mamak sudah lemah. Ya karena Hb nya itu.
"Ibu drop. Tensinya 60, gula darah 80, oksigen dalam darah di bawah 50%. Kami akan terus berusaha. Bantu kami dengan doa ya pak," kata Agnes, dokter berwajah Korea begitu melihat saya."
Fika berulang kali menyeka dahi mamak. Saya memijit halus jari kakinya. Dingin.
Dokter dan tim perawat fokus bekerja. Dua selang masuk ke tubuh mamak. Yang satu cairan untuk menaikkan kadar gula. Satunya lagi kantong darah.
Enam Jam Sebelumnya.
"Cuma ini lah yang bisa aku bantu bang," kata Zulharmein.
"Ibu drop. Tensinya 60, gula darah 80, oksigen dalam darah di bawah 50%. Kami akan terus berusaha. Bantu kami dengan doa ya pak," kata Agnes, dokter berwajah Korea begitu melihat saya."
Fika berulang kali menyeka dahi mamak. Saya memijit halus jari kakinya. Dingin.
Dokter dan tim perawat fokus bekerja. Dua selang masuk ke tubuh mamak. Yang satu cairan untuk menaikkan kadar gula. Satunya lagi kantong darah.
Enam Jam Sebelumnya.
"Cuma ini lah yang bisa aku bantu bang," kata Zulharmein.
"Abang kan guru
aku. Yang ngajari aku dulu," sahut dia dari atas Honda Genionya.
Si Jol ini mantan
sejawat dan junior saya ketika di Astra. Dialah pendonor pertama. Responnya di
wa ketika membaca status membuat hati saya basah. Haru berderai air mata.
“Aku siap donor bang.
Golongan darah aku O+. Di mana aku donornya?” katanya saat itu.
Jol bukan orang
pertama yang merespon kebutuhan kami akan darah. Dua jam sebelumnya, teman SMU
saya juga sudah datang. Sudah siap donor. Sayangnya batal karena terkendala
administrasi yang ruwet itu.
Kantong darah
keempat saya dapat jam 00.30. Adalah Dian, teman adik saya Rifa yang rela
menunda tidur nyenyaknya. Untuk kemudian ikut dengan saya. Lalu diambil
darahnya. Kemudian discreening. Dan ditransfusikan untuk mamak.
Hari Selasa,
kebutuhan darah mamak tercukupi. Alhamdulillah. Hb nya pun sudah naik jadi 11. Sehingga
bisa menjalani operasi pemasangan selang pada ginjal.
Darah untuk nenek
70-an tahun itu pun tercukupi. Dia mendapat darah dari saudara sekampungnya.
Sedangkan ibu
boru Barus itu meninggal. Saya melihat bagaimana anaknya kebingungan mondar-mandir
mencari darah 2 kantong. Untuk ditransfusikan saat hemodialisis.
Terimakasih buat
pendonor. Terimakasih telah berbagi kehidupan kepada orang yang kami sayangi. Allah pasti mengganjar kebaikan anda.
Sebanyak butir sel darah yang mengalir dalam tubuh mamak kami.
Post a Comment