Jalan Kesembuhan Mamak
Kondisi kesehatan mamak sudah seperti roller coaster. Namun hari-hari belakangan ini pada bagian menurunnya.
Dalam tiga bulan, mamak sudah menghisap 10 kantong darah. Hari ini ditambah dua kantong. Plus dua kantong lagi.
Senin pagi selepas subuh.
Bulir air di pelupuk mata saya harus jatuh ketika menyaksikan mamak hilang kesadaran. Fika -adik saya- mendapatinya meratap kesakitan.
Ketika saya tiba, teriakan mamak sudah berubah menjadi racauan. Dia menyebut nama-nama kerabat yang diingat.
"Itu akibat trauma hepatik," kata dokter yang ber-APD lengkap sekilas lalu.
Maka saat tiba di ruang IGD rumah sakit rujukan, saya berusaha tegar mendengar penjelasan seorang dokter muda. Yang merilis kondisi mamak tiga jam setelah sampel darahnya diambil.
Setelah mendapati: Hemoglobin mamak yang terus turun. Tinjanya menghitam. Perutnya keras dan membesar seperti kembung. Berat badan menurun drastis. Nyeri pada bagian perut. Nafsu makan hilang. Dan adanya catatan hasil 'teropong' bahwa ada massa pada bagian kolon (usus besar) dan hatinya, dokter itu menjelaskan dugaan sementara penyakit mamak.
"Kita curiga ada kanker pada kolon (usus besar) ibu. Sel kanker itu terus menyebar hingga ke hati. Yang menyebabkan gangguan metabolisme," jelasnya dari seberang bed setelah mamak masuk ke ruang perawatan.
"Tinja yang hitam itu adalah gumpalan darah di ususnya. Pendarahan itu yang membuat HB ibu terus turun. Apa ibu pernah muntah yang juga hitam?" tanyanya. Fika yang ada di sebelahnya menggeleng.
Dari balik kacamatanya, dokter itu belum berani menyampaikan seberapa ganas dan ada pada stadium berapa kanker yang diderita mamak.
"Akan kita 'teropong' ulang. Lalu mengadakan pemeriksaan radiologi lagi."
Penjelasan panjang lebar dokter bernama depan Mukhammad itu membuat saya bertanya satu hal: Adakah harapan untuk sembuh?
Sudah jamak diketahui, penyakit kanker dibedakan antara stadium 0 hingga 4.
Kanker stadium 4 adalah tingkatan kanker yang paling parah. Pada tingkat ini, penyembuhan memang sudah sulit untuk dilakukan.
Meski begitu, perawatan tetap bisa dilakukan untuk memperpanjang angka harapan hidup, dengan meredakan gejala yang terjadi.
Saya sudah menangkap jawaban pertanyaan tadi dari gurat retina sang dokter.
Karena hidup adalah hak mutlak milik Allah, maka menyerah bukan pilihan. Saya berharap ada jalan lain bagi mamak untuk sembuh. Misalnya melalui pengobatan herbal atau tradisional.
Hari-hari setelah ini merupakan ujian sesungguhnya. Pada saat ada himbauan untuk tetap tinggal di rumah karena wabah Corona. Kami malah mondar-mandir di rumah sakit yang ditunjuk untuk mengatasi pasien Corona.
Saya berharap untuk bisa tenang. Meskipun Selasa pagi Fika mengirim kabar melalui WA: "Mamak tadi muntah. Warnanya hitam."
Ya Allah. Rasanya ingin nangis.
Semoga Allah memberikan kami kekuatan. Sembari terus mencari jalan demi kesembuhan mamak. Aamiin.
Post a Comment