Los Pekan





Bukan mal. Atau pusat perbelanjaan. Tapi bangunan inilah yang sejak penghujung 1980-an begitu dikenal sebagai pusat pasar di Desa Padang Maninjau. Kecamatan Aek Kuo. Kabupaten Labuhan Batu Utara. Namanya seperti julukan klub raksasa sepakbola Spanyol. Los Pekan.

Tidak ada yang berubah dari bangunan induknya. Bentuknya. Serta tataletaknya. Hanya warna catnya yang sudah memudar. Tergerus dimakan zaman.

Padahal, Los Pekan menjadi nadi perdagangan penduduk desa di mana saya dilahirkan itu. Jauuuuuh sebelum ada pasar di dunia maya yang  yunikon-yunikon itu.

Yang menggembirakan. Jalan utama Desa Padang Maninjau yang tergelar persis di depan Los Pekan itu, sudah mulus. Kendaraan sudah bisa melaju hingga 100 Km/jam. Asal jalanan sepi.

Sebab dulu, kondisi jalannya parah. Kita bisa melihat tontonan truk goyang. Yang bisa berjogad-joged meliuk kanan dan kiri ketika mengaspal, secara gratis. Karena jalan utama depan Los Pekan ini berubah menjadi kubangan lumpur. Apalagi kalau musim hujan.

Di Los Pekan ini pula ekonomi keluarga kami dirajut. Anda lihat bagian sudut Los Pekan itu? Yang ditumbuhi tanaman pisang itu? Di situlah nenek menggelar dagangannya setiap Selasa. Hari di mana Los Pekan diadakan.

Almarhumah nenek, yang meninggal saat puasa masuk sepuluh ramadhan kedua lalu, berjualan makanan dan minuman siap saji. Masakan ala rumahannya yang khas, membuat counter dagangannya diserbu stakeholder Los Pekan. Mulai dari pedagang. Pembeli. Supir truk. Tukang parkir. Pengunjung.

Dan termasuk kami.  Xixixixixixi…

Saya masih ingat bagaimana mereka ‘kesetanan’ menyantap kari ayam yang disajikan. Setelah dagingnya habis dilahap. Tulang rawan dan tulang sejatinya dikunyah. Untuk mendapatkan sari bumbu kari yang meresap hingga ke sum-sum tulangnya.

Bagaimanapun juga. Los Pekan memang harus terus ada. Sebagai wujud nyata pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Yang menjadi harapan dan tulang punggung masyarakat di desa ini. Apalagi jika bangunan Los Pekannya direvitalisasi.

Sebuah harapan yang tak sulit-sulit amat. Apalagi bagi sebuah kabupaten. Yang kalau di Sumatera Utara, sudah dianggap sebagai Dubai-nya Asia.

No comments