Kangen UMSU



Ke kampus inilah saya melanjutkan pendidikan pasca sarjana: Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Bingung kalau ditanya apa alasannya. Pokoknya UMSU.

UMSU menjadi bukti bagaimana gagahnya Muhammadiyah berkontribusi untuk pendidikan di Indonesia. Wikipedia menyebut, ada lebih dari 170 perguruan tinggi yang didirikan Muhammadiyah di Indonesia.

UMSU salah satunya.

Dari 170-an perguruan tinggi itu, anda tentu sudah bisa mengkalkulasikan berapa jumlah total mahasiswanya. Baik itu yang menempuh program sarjana atau pascasarjana.

Anda juga sudah bisa membayangkan bagaimana usaha Muhammadiyah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Holistik. Dan sistematis.

Tetapi, kita juga harus siap-siap jika diminta untuk membayangkan: Bagaimana seandainya jika Muhammadiyah berhenti untuk melakukan upaya membangun sumber daya manusia Indonesia itu. Bisa-bisa, ah…..sudahlah.

Jika ingin melihat kesungguhan Muhammadiyah membangun sumberdaya manusia Indonesia, maka sesekali main lah ke kampus pascasarjana-nya UMSU. Lokasinya di Kecamatan Medan Denai.

Gedung dan fasilitasnya excellent. Akreditasinya  A. Kalau saya yang ditunjuk menjadi asesor akreditasinya, mungkin akan saya beri nilai di atasnya.

“Ruangan belajar di kampus ini (gedung pascasarjana UMSU) nyaman banget. Jauh lebih nyaman dibanding yang ada di Jawa,” tutur Dr Emilda. Dosen cantik calon guru besar. Domisilinya di Bengkulu. Ke Medan kalau ada kelas. Statusnya sebagai dosen tamu.

Manajemen pada program pascasarjana UMSU, mengelola kampus dan pernak-perniknya seperti mall dan apartemen.

Petugas keamanannya banyak. Mereka umumnya bertugas di area parkir. Membuat mahasiswa nyaman ketika memarkirkan kendaraan.

Tiap toilet dijaga oleh dua orang petugas kebersihan. Satu di sisi pria. Satunya lagi sisi wanita.

Mereka juga merangkap menjadi petugas kebersihan di ruangan belajar. Namun pekerjaannya nggak terlalu berat. Karena yang menggunakan ruangan sadar kebersihan.

Satu orang leader memimpin mereka. Yang biasanya berpatroli untuk mengawasi kebersihan area jaganya.

Petugas kebersihan ini, dilengkapi dengan alat tempur. Demikian pula dengan sang leader. Plus, remote AC.

Sebelum kelas dimulai, suhu udara pada ruangan belajar seperti sengaja di buat dingin. Mungkin biar nyaman. Dua AC berkekuatan 2 PK membuat suasana kelas mirip di kutub utara. Berr…….

Bagi yang tahan dingin. Maka selamatlah ia.

UMSU juga telah menyiapkan Observatorium di gedung ini. Meskipun tidak sebesar yang ada di Lembang. Namun pemerintah kota menjadikannya sebagai pusat untuk mengamati hilal.

Gedung ini juga dilengkapi lift. Meja dan bangku di dalam ruang kelasnya masih baru dan tersusun rapi.

Di langit-langit tiap ruangan sudah tergantung proyektor. Kami pernah menggunakannya untuk nobar pertandingan U-19. Tapi, sssttt......

Yang paling kami suka adalah fleksibiltas manajemen dalam hal pembelajaran. Pihak kampus memberikan hak bicara mahasiswa kepada manajemen, untuk menyampaikan keluhan apa saja demi memperbaiki kualitas pembelajaran.

Bisa mengenai kurikulum. Mata kuliah yang sudah tidak relevan. Fasilitas yang kurang lengkap. Ruang belajar yang terlalu dingin. Tentang dosennya. Semuanya. Asal jangan curhat mengenai isi dompet.

Saya memilih UMSU juga untuk ‘jalan lain.’ Karena mahasiswanya berasal dari lintas sektoral. Menyediakan peluang labirin silaturahmi yang lebih terbuka.

Sayangnya. Suasana pandemic membuat kami harus melaksanakan kuliah secara daring. Padahal, teman-teman sudah kangen suasana kampusnya.

Kalau saya, kangen makan masakan istri di pelataran parkirnya.









No comments