Ternak New Zealand




Oleh:
Suryaman Amipriono

Melihat perdagangan hewan ternak yang menggeliat jelang Idul Adha, saya jadi teringat saat mengunjungi lokasi ternak di New Zealand.


Sebelumnya ketika di Wellington, Duta Besar Tantowi Yahya sempat berujar. Bahwa sistem peternakan yang ada di New Zealand merupakan yang paling baik di dunia.

Rahasianya adalah: bahwa peternak yang ada di sana memberikan pakan ternaknya dengan sistem rotasi.
Poin dari sistem itu adalah rumput.
Rumput yang akan dijadikan pakan utama ternak, dirawat. Disemai sejak tumbuh. Lalu dipelihara. Hingga tumbuh dengan begitu subur. Warnanya menjadi hijau cerah. Batangnya gemuk-gemuk.
Areal pakan pun digilir. Jika rumputnya sudah habis, maka hewan ternak itu digeser ke areal di sebelahnya.
Sementara areal yang rumputnya tadi telah habis, ditanami kembali. Digemburkan tanahnya. Kemudian dirawat. Untuk menghasilkan rumput baru yang berkualitas.
Ketika itu kami diberi kesempatan untuk mengunjungi areal peternakan milik keluarga Mike Davis.
Luas lahan untuk pakan ternaknya mencapai 100 Ha.
Total, ada 255 hewan ternak di lokasi itu. Yang kesemuanya berjenis sapi. Sehingga jika dikalkulasi, rumput untuk 1 Ha lahan, hanya dikonsumsi oleh 2 hingga 3 ekor sapi.
Sehingga bisa anda bayangkan betapa sehat dan gemuknya sapi-sapi itu.
Hewan ternak di New Zealand tidak dimasukkan ke dalam kandang. Mereka dibiarkan berada pada lahan terbuka. Yang pada sekelilingnya dipagari kawat yang dialiri arus listrik bertegangan rendah.
Untuk mengolah lahan pakan ternaknya itu, peternak menggunakan peralatan yang canggih dan modern. Saya sempat melihat badak-badak besi itu dipajang pada area stal. Seperti excavator, bulldozer, serta alat berat lainnya.
Pada sepanjang jalan menuju ke lokasi ternak. Dari wisma Empire di Auckland, menuju kampus Manukau Institute of Technology (MIT), yang terlihat hanya rumput, domba, dan sapi.
Jarak antara rumah penduduk yang satu dengan yang lainnya agak jauh. Kondisi itu yang yang membuat suasanan peternakan menjadi hening.

Hewan ternak pun hidup lebih segar. Tidak stress.

Peserta TAMAN di lokasi ternak milik keluarga Mike Davis. Berdiri dari kiri: Hendra Trisandi (Lombok), Elis (Kemendikbud), Irianto Sinaga (Papua), Dian Andriani (Rembang), Drs Samsuri Nugroho (Kasihan, Bantul), Yusron Mubarok, Matrieka Puspita, Ivone Tiara, Ely Purnawati (Purwokerto), Ifana Tri Kusumaastuti (Salatiga), Heni (Jawa Barat), Supadmi Asih. Jongkok: (Kartika Ariani, Ayu (Kemendikbud), Rebekka Pohan (Siantar), Gunawan (NTB)

Menjaga hewan ternak agar tidak stress termasuk hukum tidak tertulis. Selama diizinkan melihat lokasi ternak, kami dilarang berbicara terlalu keras. hanya boleh beberapa dB. 
Berbicara pun seperti berbisik-bisik. Dalam bahasa Inggris pula. Kadang bercampur bahasa ibu. Bahasa Jawa.

Produk peternakan New Zealand, termasuk susu dan olahannya, menjadi penopang ekonomi Negeri Kiwi itu. China menjadi pasar utamanya. Sedangkan Indonesia, masuk pada peringkat ke delapan.
Tenaga terampil yang dihasilkan dari pendidikan vokasi di New Zealand, menjadikan negara itu tumbuh kuat secara ekonomi. Dan mampu menyejahterakan penduduknya. Dengan nilai pendapatan per kapita yang cukup tinggi. (sap)

No comments