Ketiban Harta Karun


Saya menemukan harta karun. Tapi bukan dari Swiss. Melainkan pada satu rumah di kelurahan Gedung Johor, Medan.

Harta ini begitu berharga. Ia dicari-cari oleh pemburunya, termasuk saya. Karena memuat informasi penting yang bermanfaat terkait kehidupan seseorang.

Mungkin karena itu harta ini sampai dialihbahasakan ke belasan bahasa mancanegara.

Harta ini nyelempit pada satu rak yang lama tak diurus. Fotonya ada di dalam website ini.


Saat itu saya sedang difilmkan. Pada satu bagian, ada adegan yang mengharuskan saya mengambil dompet pada satu rak yang ada di lemari. Saat kamera off, dan sutradaranya sudah memberikan aba-aba selesai, mata saya masih belanja. Lalu, ketemu.

Peristiwa itu terjadi akhir pekan yang lalu.

Ketika itu saya dipercaya menjadi pemeran utama sebuah film pendek. Yang hanya diperankan oleh dua orang. Dengan durasi cuma 2 menit. Dan, tanpa dialog.

Film ini dibuat untuk dikompetisikan. Didirect oleh kawan sekelas ketika SMA. Peraih 2 rekor MURI: Dedy Arliansyah Siregar.

Oleh Dedy, saya diberikan peran sebagai seorang pria paruh baya. Ayah seorang pelajar SD. Dengan karakter yang 179+1° bedanya: Perokok.

Film ini merefleksikan tentang makna kemerdekaan pada masa tatanan kehidupan baru akibat penyebarluasan wabah Covid-19.

Diskenariokan, penyebaran Covid-19 membuat kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring.

Agar pembelajaran daring itu bisa terlaksana, siswa diharuskan menggunakan android sebagai media.

Pelajar SD dalam film yang diperankan oleh Gwen, hanya bisa melamun saat jam pembelajaran daring tiba. Ia begitu karena tidak dibekali hp android.

Melihat kondisi itu, ayahnya yang seorang perokok berat, akhirnya mengalah.

Dengan mengusung konsep normal baru seperti yang diminta penyelenggara kompetisi, sang ayah memilih untuk hidup merdeka dari asap. Dengan mengganti kebiasaan merokoknya dengan berolah raga.

Sementara uang yang sedianya digunakan untuk membeli rokok, lalu disimpan. Dikumpulkan. Untuk kemudian dibelikan android.

Gwen pun akhirnya memiliki hp. Kemudian bisa bergaul dengan guru dan teman kelasnya secara virtual. Lalu mengikuti kelas daring.

Film ini diambil pada beberapa lokasi di kecamatan Namorambe, Kabupaten Deliserdang. Dan kecamatan Medan Johor.

Dengan judul: Dia yang Terpenting, proses pembuatan film ini juga menjadi jalan bagi saya untuk menemukan harta karun yang juga penting.

Di mana pembuat harta karun itu berulang tahun pada hari ini. 

Merdeka!!!

 

 

 

No comments