Dasi Nasional
Terhadap dasi itu ucapan tersebut dilontarkan. Yang menyebutnya bang Jhon Wesley Ginting. Teman satu angkatan semasa kuliah di Fakultas Teknik Universitas Negeri Medan.
Dengan bang
Jhon, kami disatukan kembali pada satu keluarga. Sama-sama bernaung pada SMK
Binaan PT Astra Honda Motor (PT AHM). Saya bertugas di Binjai. Sedangkan bang
Jhon di Kabanjahe.
Maka ketemulah
kami pada tanggal 30 September yang lalu. Pada satu forum virtual. Acaranya
pengumuman pemenang Kontes Guru
Kreativitas Pembelajaran Online. Penyelenggaranya PT AHM melalui Main Dealer
area Sumbagut: PT Indako Trading Coy (PT ITC).
Kebetulan saya
yang didaulat sebagai pemenang.
Lalu bang
Jhon pun memberikan ucapan selamat. Yang pertama pada forum itu. Dan yang kedua
pada WA grup.
Komentar yang
menarik justru tentang dasi. Properti yang menurut saya sebagai salah kostum. Karena
yang saya ikuti ini kompetisi guru teknik.
Dasi ini
sendiri memiliki kisah yang unik. Yang jelas, dasi itu bukan milik saya.
Saya meminjamnya
dari, ehm….. seseorang sekira beberapa tahun yang lalu.
Waktu itu setelah
digunakan, saya mengingatkan beliau bahwa dasi itu akan saya kembalikan. Namun jawabannya
datar. Kalau yang saya tangkap maknanya
seperti: “Ya udah simpan saja dulu. Gunakan lagi andai perlu.”
Maka setelah
itu dasi tersebut selalu saya simpan. Kalau tidak di dalam tas, ya di dalam laci meja
kerja.
Sayangnya,
dasi itu tak akan saya gunakan lagi untuk maju ke pentas nasional. Karena panitia
mengharuskan peserta mengenakan seragam praktik yang biasa digunakan saat
mengajar.
Kepastian itu
didapat dari juklak yang saya terima dari pak Erwin Chandra. Disitu tertera,
bahwa masing-masing peserta kontes akan menjalani dua tahap presentasi. Materinya
akan diberitahukan sete;ah hari Senin, 5 Oktober 2020.
Pesertanya sendiri
berjumlah 27 orang. Mereka mewakili nama sekolah, daerah (provinsi), dan main
dealer yang telah ditunjuk.
Ajang ini merupakan
kesempatan kedua saya bertarung di tingkat nasional.
Pada tahun
2017 lalu, saya juga pernah merasakan atmosfer yang serupa. Namun diselenggarakan
secara tatap muka. Dengan Kemendikbud sebagai tuan rumahnya.
Kala itu di depan hampir 300 guru dari seluruh Indonesia, saya harus presentasi. Menceritakan motivasi dan latar belakang untuk ikut beasiswa ke New Zealand. Dan dalam bahasa Inggris. Yang panelisnya terdiri dari akademisi muda dari Universitas Gajah Mada. (Baca: Nderdek Tingkat Tinggi di Depan Doktor Muda)
Yang Alhamdulillah
berbuah manis. Semoga saja ajang ini mempunyai rasa yang sama.
Meskipun tanpa
dasi.
Post a Comment