Petualangan Wak Legiran

 


Oleh: Suryaman A

“Dokternya ngebet ingin ketemu saya,”kata wak Legiran ketika pasien sakit jantung sang dokter yang ditanganinya sembuh. Itu menjadi satu bagian yang paling menarik dari kisah perjalanan hidup yang diceritakan.

Malam itu wak Legiran memang datang ke rumah. Saya yang mengundang. Untuk mendapatkan terapi rutin: Pijat Refleksi.

Pijat refleksi merupakan teknik pengobatan tradisional yang berasal dari Tiongkok dan Mesir. Sebagaimana diketahui, bagian tangan dan kaki mengandung jutaan ujung saraf. Pijat refleksi yang dilakukan pada area ini dipercaya mampu mendeteksi dan mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami.

Wak Legiran mendapat kemampuan pijat refleksi itu dari kakeknya.

Masa kecil dan remaja wak Legiran dihabiskan di kampung halamannya, Nganjuk, Jawa Timur. Bermodal pendidikan STM jurusan Teknik Bangunan, ia lalu merantau ke Aceh ketika berumur 20 tahun.

Di Aceh, wak Legiran bekerja untuk pemborong proyek perumahan. Ia mencari peruntungan di ‘Serambi Mekah’ selama 28 tahun. Kondisi keamanan yang tidak kondusif membuat wak Legiran akhirnya mengungsi. Ia lalu pindah ke kabupaten Karo, pada awal tahun 2000.

Di daerah inilah wak Legiran kemudian beralih profesi menjadi pemijat refleksi.

Beberapa pasien yang berhasil sembuh dengan terapinya di antaranya sakit jantung, ginjal, lever, pengapuran, dan diabetes.

Sebelum dengan wak Legiran, saya juga pernah mendapat terapi serupa dari kios pijat refleksi yang membuka praktik di pinggiran Medan. Namun yang dilakukan wak Legiran ini memang beda.

Secara detail ia menjelaskan titik mana yang menjadi ujung syaraf dari organ penting yang sering kena penyakit. Misalnya kalau sering menderita sakit kepala, bagian yang dipijat ada pada tepi jempol kaki.

Maka kalau memang ada penyakit pada organ itu, bagian saraf kaki akan terasa sangat sakit jika mulai dipijat.

Gunung Sinabung yang terus mengamuk, mengakhiri kiprah wak Legiran di Tanah Karo. Pada usia yang nyaris 70 tahun ini, Wak Legiran menderita penyakit sesak nafas akibat terpapar abu vulkanik Sinabung.

Beliau memutuskan pindah ke Medan pada tahun 2020. Tinggal pada sebuah warung, di rumah pasien yang sembuh setelah menjalani terapinya.

Di Medan, banyak pasien dengan penyakit kelas berat yang serasi dengan wak Legiran.

“Salah satunya Anto. Sebelumnya ia menderita sakit jantung dan lever. Alhamdulillah dengan izin Allah ia sembuh,” kata wak Legiran yang sebatang kara.

Anto pula yang kemudian menjadi testimoni wak Legiran. Yang membuat banyak warga keturunan yang tingal di perumahan elit berlomba-lomba untuk mendapatkan terapi yang serupa.

Satu setengah jam diterapi wak Legiran, membuat sakit kepala bagian belakang saya perlahan hilang. Alhamdulillah.

 


No comments