Satu Dekade
Foto re-make ini menandai satu dekade Tim Sembilan. Diambil setelah membuka dan memasang kembali masker. Dengan kondisi personil yang incomplete. Karena sebagian anggotanya sudah berpencar mengikuti garis edar bumi.
Yang tersisa hanya kami berlima. Ditambah satu orang lagi yang hari ini nggak hadir. “Istri dan anakku sakit,” kata Mangatur di ujung telepon.
Tim Sembilan sendiri terbentuk secara alami. Pada awal tahun 2011. Karena persamaan nasib: berada pada satu tempat tugas.
Maka munculah inisiatif itu. Mengabadikan tim sembilan saat sedang full team, awal Maret tahun 2011. Pada lokasi yang menunjukkan identitas sekolah: papan nama SMK Negeri 2 Binjai.
Sengaja diberikan ruang kosong pada foto terbaru ini. Sebagai penghormatan bagi personil yang telah pindah tugas, dan jugak yang nggak datang tadi.
Yang paling kiri Miko Muchlis. Dia berasal dari Kota Padang. Merantau dan mencari peruntungan di Binjai. Saat foto diambil pada tahun 2011, Miko masih berstatus lajang dan anak kos. Lihatlah perbedaannya sepuluh tahun kemudian, setelah ia menikah, guru bersertifikasi, dan memiliki dua anak (tulis pada kolom komentar ya).
Nah, di sebelah kiri Miko harusnya ada Bachtiar Gultasno.
Waktu menjadi guru, dia mengampu mata pelajaran Teknik dan Bodi Otomotif (TBO). Namun pada tahun 2016, dia ditarik ke Dinas Pendidikan Kota Binjai. Karena sangat cakap pada bidang itu, ia lantas dipercaya memegang jabatan eselon.
Selanjutnya ada bang Muslim. Artikel ini tidak cukup mampu menuliskan sepak terjangnya. Sehingga saya akan membuat satu kolom khusus.
Mangatur berdiri di antara bang Muslim dan Helmi.
Selama sepuluh tahun ini, banyak yang bertambah dari dia. Ya kreativitasnya. Ya jiwa kewirausahaannya. Ya kematangannya, juga kedewasaannya. Dan yang paling utama ya itu, ukuran lingkar pinggangnya.
Helmi Agustina Hasibuan sebenarnya juga sebelas dua belas dengan Mangatur. Namun poin plusnya, ia dipercaya menjadi pengurus Koperasi Sekolah.
Di antara saya dan Helmi harusnya ada bang Adi Putra. Guru IT yang tekun, ulet, dan sangat hobi kerja. Bang Adi pula yang menjadi orang pertama keluar dari tim. Setelah ia lebih memilih mengabdi untuk sekolah yang lama membinanya: SMK Negeri 9 Medan.
Kemudian di sebelah kiri saya ada kak Agustina Madeleine. Si kakak penyabar, yang membuatnya diangkat menjadi Koordinator guru Bimbingan dan Konseling.
Nah, kalau yang paling ujung itu namanya Adrizal Martam. Rekan satu kampung, satu kos, dan satu perjuanganya Miko.
Adrizal inilah yang mengotomotifkan saya.
Ia kemudian pindah ke kota kelahirannya, Pariaman, pada awal Februari tahun 2016. Atau genap lima tahun yang lalu. Saya pun mengabadikannya dalam satu tulisan khusus (baca: Terpaksa Rela Mesti Harus Galau).
Dekade memang berhasil merangkum cerita, cita, dan juga cinta. (sap)
Post a Comment