Bang Muslim
Inilah rekan kerja pertama yang saya kenal. Ketemu pada saat pembekalan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Yang diselenggarakan di Aula Pemko Binjai. Pada awal Februari tahun 2011 silam.
Namanya Muslim.
Berkebangsaan Jawa. Tinggal di Stabat.
“Abang ini juga lulus di SMK Negeri 2 Binjai,”
kata seorang guru Bahasa Inggris teman semasa pemberkasan. Wajahnya lalu ‘dibuang’
ke arah Bang Muslim.
Maka untuk
melihat kawan baru yang dimaksud, saya sampai harus menoleh lebih dari 900.
Karena posisi duduknya ada di belakang. Dengan posisi yang lebih tinggi.
Beberapa menit
berkomunikasi, saya berkesimpulan: Bang Muslim termasuk orang yang mudah akrab.
Lalu di bawah
payungan awan saat mentari tengah terik, saya diantar menuju sekolah tersebut.
Penasaran karena
teringat pesan almarhum adik: “Kawan Dodi dulu pernah magang di sekolah itu. Tempatnya
jauuuuh. Melewati kebun-kebun tebu.”
Dari seberang
pagar berkelir putih, bang Muslim memberi informasi: “Inilah sekolahnya. Itu
bengkel body repair. Kalau gedung yang di depan ini ruang guru,” telunjuknya
mengarah ke meja piket, di depan pintu masuk.
Bang Muslim memang
kenal betul sekolah ini. Dia baru saja mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) Matematika. Mewakili sekolah tempatnya bertugas: SMK YP Tunas Pelita.
Pada formasi
CPNS, bang Muslim memang diterima sebagai guru Matematika. Namun sebenarnya,
dia ini adalah guru teknik.
Ijazah S-1
pertama didapat dari UNIMED. Jurusan Pendidikan Teknik Bangunan. Lulus awal
tahun 2000-an.
“Tapi karena sekolah
yang membuka jurusan bangunan sedikit. Sehingga peluang untuk mengajar di
bidang itu sulit, abang kuliah lagi di Pelita Bangsa. Ngambil jurusan
Matematika,” tegasnya menjelaskan.
Maka jadilah
bang Muslim guru lintas pelajaran. Berijazah guru kejuruan. Jurusan teknik
bangunan. Lalu mengajar honor dengan mengampu pelajaran matematika. Hingga akhirnya
ditakdirkan lulus CPNS pada bidang itu.
Anak ke tujuh
dari sembilan bersaudara, bang Muslim rupanya memang ditakdirkan multi bakat. Karena
selain rutinitasnya sebagai guru, ia kerap didaulat menjadi MC dari satu
panggung, ke panggung yang lain.
Dari situ pula
bakat seni nya terasah. Kemudian bergabung dengan komunitas pecinta bahasa. Mengikuti
panggung syair. Menjadi host dalam podcast yang dibinanya. Lalu mulai menulis
buku antalogi.
Mengenal bang
Muslim, membuat saya serasa berkaca. Semuanya mirip.
Post a Comment