Dihipnotis Daging Domba


Tepat pukul 12.00. Manajemen AUT mengajak kami pada sebuah restoran. Yang menjadi tempat magang mahasiswanya. Namanya Four Seasons. Terletak sekira 100 meter, dari ruang pertemuan.

Sepertinya ini akan menjadi jamuan makan yang spesial.

Setelah melepas jaket dan menanggalkan tas, kami dipersilahkan duduk pada deretan kursi. Yang mengitari sebuah meja bundar. Peralatan makan sudah tersusun rapi di meja itu. Selain piring, gelas, dan teko, juga ada sendok, garpu, dan pisau.

Di situ itu juga ada napkin. Kain putih halus yang digunakan untuk menyeka mulut dan jari ketika makan. Sebuah buku terletak di sampingnya. Ada 3 menu yang ditawarkan. Entree, Main Course serta Dessert sebagai menu penutup.

Setelah melihat-lihat, mata saya langsung tertuju pada satu menu utama ini: Herbed Lamb Rack. Daging domba yang dipanggang. Menu ini merupakan makanan favorit penduduk New Zealand. Kualitas daging domba mereka memang dikenal yang terbaik. Dan sudah kesohor hingga ke seantero dunia.

Oleh Kiwi, julukan penduduk New Zealand, domba panggang biasanya disajikan untuk membuat tamunya 'terhipnotis.' Tak sabar rasanya ingin mencoba.

Dan benar saja. Nyussss...

Lidah saya serasa bergetar begitu potongan daging domba seukuran jempol tangan itu masuk ke mulut. Dagingnya lembut. Kematangannya pas. Dan teksturnya sempurna. Hingga membuat dagingnya gampang dikunyah, tidak alot, dan lumer di lidah.

Domba panggang dengan bumbu bawang, dicampur thyme dan rosemary, serta lada hitam itu membuat saraf otak saya seolah hanya bekerja untuk mata dan lidah.

Sambil menikmati kunyahan, saya jadi teringat tentang cerita Dahlan Iskan tentang sensasi steak paling nikmat di dunia. Tapi dagingnya sapi. Steak itu dihasilkan dari sapi, yang paling bahagia, di Amarillo, Amerika Serikat.

Meskipun belum pernah menikmati steak Amarillo itu, tapi domba panggang dari Auckland ini saya anggap sudah mewakili.

No comments