Dini dan Gol PSMS



Sore itu Dini nangis sejadi-jadinya. Penyebabnya ini: 

Saya teriak: "Goooooooooollllll," sekuat-kuatnya. Padahal dia lagi saya gendong. Jarak antara mulut saya dengan telinganya paling cuma 15-20 cm.

=============================

Sore itu memang jadwal pertandingan PSMS Medan lawan Persib Bandung. Salah satu stasiun TV menyiarkannya.

Seingat saya, PSMS unggul lebih dahulu. Kemudian berhasil disamakan Persib, sang musuh bebuyutan.

Beberapa menit kemudian PSMS Medan balik tertinggal. Saya mulai emosi. 

Saat itu pula giliran saya menjaga Dini. Dia saya gendong. Umurnya belum genap satu bulan.

Berdiri sambil menatap layar, saya fokus ke satu serangan PSMS Medan ke gawang Persib. Entah kenapa, feeling saya kok akan terjadi gol. Dan rupanya benar saja.

"Gooooooooolllllll," teriak saya sejadi-jadinya. Teriakan itu pasti terdengar sampai ke tetangga. Paling tidak dua atau tiga rumah ke samping kanan dan kiri. Maklum, rumah kontrakan ini cuma berpembatas kayu lapis tipis.

Celakanya, saya lupa kalau Dini ada dipelukan. Digendong. Dengan jarak ke telinga nya yang hanya beberapa centimeter.

Maka detik itu juga, Dini menjerit. Dia menangis sejadi-jadinya. Agak lama. Yang pasti dia kaget. Atau mungkin juga berpikiran bahwa dia sedang dimarahin. Meskipun saya nggk begitu yakin apakah anak usia sebulan sudah ngerti dimarahin.

Istri saya datang dari dapur. Dini diambilnya. Wajahnya kecut. Saya diam tak berkutik.

Dari luar, saya mendengar celetukan: "Bapak 'e eddaan kae... 

Sinis memang. Tapi apa bole buat. Yang penting PSMS Medan bisa membalas.

Maka saat saya ajak foto, Dini selalu menolak. Satu kesempatan ini yang berhasil diambil. Dengan pose yang kurang sempurna.

Apa dia teringat kejadian itu?

No comments