Anti Gengsi
Yang beroblong hitam itu bernama Muhammad Taufik. Siswa saya. Lulus pada tahun 2016. Saat sekolah masih dimanajeri sang pimpinan elegan: Pak Amri Chairil Anwar.
Ketika masih sekolah, Taufik termasuk siswa dengan kemampuan
akademis biasa saja. Tidak juga rajin ke sekolah.
Sudah lama saya mengincar Taufik. Maksudnya apa yang
didagangkannya. Maka ketika waktu sudah memasuki jam kritis, saya hampiri
Taufik. Pada tempatnya biasa mangkal, di depan ruko tak jauh dari perlintasan rel
kereta api simpang Kebun Lada, Binjai.
Pembeli sedang ramai saat saya datang. Pun begitu pada masa
pengamatan – spionase. Sekira satu hingga dua bulan yang lampau.
“Paaakk….. sapa Taufik dari kejauhan.” Dua gadis tanggung yang
ada di depannya menoleh ke arah saya.
Dari balik gerobak Taufik cekatan meracik sajian. Dua gadis
tadi memerhatikan arah gerakan tangannya. Sesekali ke arah wajahnya. Yang memang
gampang senyum.
Allah memang memberi karunia Smilling Face kepada Taufik. Wajahnya
mudah sekali tersenyum. Bisa jadi karena itu pula gerobak dagangannya
dikerubungi orang.
“Yang nggak ada kol nya ikatan panjang ya Kak…. Terima
kasih,” jelas Taufik kepada dua gadis tadi.
Belum sempat memesan, pembeli lain datang lagi. Pengemudi becak
bermotor. Satu penumpang wanita dewasa dan anak-anak ada di boncengan. Mungkin istri
dan anaknya.
Saya nggak sabar ingin menyecar Taufik. Tapi khawatir
fokusnya terbelah.
“Apa brand daganganmu ini Fik,” tanya saya saat memesan satu
porsi.
“Nggak ada pak. Jual siomay gitu aja,” jawabnya nyengir.
Gerobak sederhananya itu memang dibiarkan tanpa merk. Cuma ada
tulisan “Siomay” di atas kayu berkelir coklat, kuning, dan hijau itu.
Baru setahun ini Taufik berjualan sendiri.
Sebelumnya, dia bekerja untuk orang lain. Mejualkan Siomay
yang diracik orang lain. Tiga tahun dia menimba ilmu di situ.
Sambal berbisik, saya tanya omset Taufik.
“Kalau jualannya habis, rata-rata Rp 500 ribu lebih per hari
pak. Pernah hanya dapat Rp 150 ribu, bahkan Rp 70 ribu. Namanya orang jualan,”
jelas Taufik. Sambil senyum lagi.
Dari omset itu, modal yang dikeluarkan Taufik untuk membuat
racikan Siomay antara Rp 300 -350 ribu. Bergantung dari harga kebutuhan pokok.
“Makanya pas tahun baru saat harga telur naik, pusing kali
pak. Tipis kali dapatnya,” mengeluh Taufik. Namun dia senyum lagi.
“Berarti, dengan keuntungan rata-rata Rp 200 ribu per hari,
Taufik bisa mendapatkan gaji Rp 6 juta sebulan. Angka segitu udah di atas gaji
pokok PNS golongan III Fik, ujar saya”
“Alhamdulillah pak. Namanya orang jualan. Yang penting
jangan gengsi. Karena kalau gengsi bisa nggak makan,” tutup Taufik. Anda sudah
tahu bagaimana ekspresinya.
Siomay satu porsi pun habis setelah dialog ini. (sap)
Post a Comment