Legacy Bejomuna

 


Inilah kawah candradimuka itu. Tempat saya mengabdi, berlatih, mengasah kemampuan, dan mengembangkan diri agar lebih baik lagi.

SMK Negeri 2 Binjai memang seperti tempat sakti dalam cerita perwayangan itu.

Kawah yang keramat untuk membentuk kesatria yang kuat dan tangguh. Yang kelak bisa menjadi pendekar pilih tanding. Lalu memenangkan pertarungan dalam tiap pertempuran.

Entah masuk kategori mana perjalanan saya di kawah ini: happy ending kah? atau sebaliknya?

Maka wajar kalau saya begitu gulana pada babak akhir berkarir di sekolah ini. Sebab saya tengah menikmati peran baru dari kepala sekolah yang baru. Untuk menakhodai perahu kecil. Pada bidang yang saya geluti di awal karir sebelum menjadi guru: Otomotif.

Lalu disusunlah segepok program untuk mendongkrak dua program keahlian serumpun bidang Otomotif: Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO) dan Teknik Bodi Otomotif (TBO).

Dua program kehalian  ini memang tertinggal beberapa putaran dari saudara mudanya: Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM). Yang dua tahun belakangan selalu masuk tiga besar Best Performance bengkel terbaik tingkat regional. Bahkan tahun yang lalu performa bengkel dianugerahi yang terbaik oleh Main Dealer: PT Indako Trading Coy.

Sebelas tahun berkarir di SMK Negeri 2 Binjai memang bukan suatu waktu yang panjang.

Masih terngiang-ngiang perjuangan di awal karir, pada tahun 2011 yang lalu. Harus bersepeda motor pagi-pagi sekali. Sehabis solat subuh. Dari rumah di pedalaman Medan Utara menuju Binjai, agar bisa tepat waktu.

Kebiasaan saya yang datang 20-30 menit lebih cepat mungkin menjadi perhatian pimpinan. Lalu mulailah saya diberikan tanggung jawab.

Dengan kondisi bengkel yang seadanya, saya berhasil ‘membujuk’ PT Astra Honda Motor untuk bermitra dengan kompetensi keahlian Teknik dan Bisnis Sepeda Motor SMK Negeri 2 Binjai.

Dan karya seni itu pun dimulai.  

Dengan dukungan pimpinan, fasilitas bengkel dipenuhi, peralatan praktiknya pun dilengkapi. Kegiatan yang menitikberatkan pada peningkatan kompetensi guru dan siswa pun dirancang.


Mulai dari pelatihan guru, magang siswa, pelaksanaan Teaching Factory berupa servis dan cuci sepeda motor, giat dilaksanakan.

Targetnya bertumpu pada kemampuan siswa: Mampu memuncaki lomba kompetensi siswa, menghantarkan mereka bekerja pada perusahaan yang sesuai dengan bidang keahliannya, berwirausaha, dan diterima kuliah.

Pencapaian itu jelas lebih menebalkan jejak legacy dibanding pencapaian peningkatan CV dalam karir secara pribadi.

Maka ketika mendapat amanah untuk menjadi ‘sesuatu’ di sekolah yang baru, argo pengabdian itu pun terhenti.

Suka, duka, senang, bahagia, sedih, dan tawa selama 11 tahun 4 bulan berkarir di SMK Negeri 2 Binjai tercurah menjadi satu. Apalagi organisasi ini sangat besar. Memiliki segala potensi untuk menjadi SMK unggulan di kota Binjai. Sumatera Utara. Bukan tak mungkin di Indonesia.

Terima kasih untuk teman sejawat, pimpinan, kolega, dan semua pihak yang selama ini memberikan umpan balik atas refleksi dalam berkarir.

Hanya sekelumit cerita yang bisa diberikan. Belum ada apa-apanya. Apalagi dibanding legacy seorang pahlawan dari Binjai, Bejomuna. Yang gugur dalam pertempuran di Sunggal. Yang namanya diabadikan menjadi nama jalan di depan sekolah ini.

Bu Helmi pergi ke sawah

Singgah ke rumah mengambil buku

Sesungguhnya kita tidak berpisah

Suatu saat pasti bertemu.

No comments